Kanal24, Malang – Di tengah tingginya kebutuhan pangan alternatif yang lebih sehat, porang telah muncul sebagai salah satu komoditas yang menjanjikan. Tanaman yang kaya akan glucomannan ini tidak hanya memberikan manfaat kesehatan, seperti membantu penurunan berat badan dan mengontrol kadar gula darah, tetapi juga menjadi penggerak ekonomi daerah.
Di berbagai wilayah Indonesia, porang telah diolah menjadi berbagai produk bernilai tinggi seperti tepung, mi shirataki, dan beras analog, yang semakin diminati baik di pasar domestik maupun internasional. Potensi porang yang besar ini telah mendorong banyak daerah untuk mengembangkan agroindustri berbasis porang, termasuk Kabupaten Ponorogo di Jawa Timur.
Menyadari potensi tersebut, Universitas Brawijaya (UB) melalui program Doktor Mengabdi (DM) 2024 mengarahkan fokus pengabdiannya ke Kecamatan Ngrayun, Kabupaten Ponorogo. Dipimpin oleh Prof. Dr. Ir. Musthofa Lutfi, M.P., IPM, tim DM UB melaksanakan penyuluhan untuk mengembangkan agroindustri porang di wilayah tersebut. Program ini merupakan upaya untuk mendorong masyarakat lokal agar dapat memaksimalkan nilai tambah dari komoditas porang, yang telah menjadi unggulan di Ngrayun.
“Pertumbuhan agroindustri porang merupakan sarana bagi masyarakat Ngrayun untuk menghasilkan produk bernilai tambah dan meningkatkan pendapatan. Diharapkan dengan adanya program ini terjadi peningkatan produk turunan porang dalam memenuhi kebutuhan golongan menengah,” ujar Prof. Musthofa Lutfi.
Pernyataan ini menegaskan bahwa tujuan program bukan hanya untuk mengedukasi petani tentang budidaya porang, tetapi juga untuk memperkenalkan mereka pada peluang ekonomi yang lebih besar melalui pengolahan dan diversifikasi produk porang.
Penyuluhan yang dilaksanakan pada Jumat (9/8/2024), di Yayasan Al Hikmah, Ngrayun, Ponorogo, menjadi momen penting bagi para petani porang setempat. Dalam pertemuan tersebut, petani diberikan wawasan baru tentang teknologi pertanian dan cara mengolah porang menjadi berbagai produk turunan yang memiliki nilai jual lebih tinggi. Para petani juga memanfaatkan kesempatan ini untuk menyampaikan berbagai kendala yang mereka hadapi, terutama terkait budidaya dan pemasaran porang.
“Saat ini, hasil budidaya kami masih dijual dengan harga rendah, sehingga banyak petani mengalami kerugian,” kata Dairin, salah satu petani porang setempat. “Dengan adanya penyuluhan produk turunan porang ini, kami lebih memahami bahwa komoditas yang kami budidayakan sebenarnya memiliki nilai lebih jika diolah dengan teknologi yang tepat.”
Kegiatan penyuluhan ini tidak hanya sekadar transfer pengetahuan, tetapi juga merupakan bentuk pemberdayaan yang berkelanjutan. Tim Doktor Mengabdi UB berkomitmen untuk terus mendampingi masyarakat Ngrayun hingga mereka mampu mengembangkan agroindustri porang secara mandiri. Diharapkan, dalam jangka panjang, agroindustri porang ini akan menjadi pilar ekonomi baru bagi Kabupaten Ponorogo, membuka lapangan pekerjaan, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.
Program pengabdian ini juga selaras dengan upaya pemerintah daerah dalam mengembangkan sektor pertanian yang berorientasi pada ekspor dan berkelanjutan. Dengan dukungan berbagai pihak, porang tidak hanya menjadi komoditas unggulan, tetapi juga simbol transformasi ekonomi berbasis kearifan lokal yang mengakar kuat di Ponorogo.(din)