Kanal24, Malang – Dalam Workshop Branding Institusi di Universitas Brawijaya (UB), Dinna Handini, S.Sos., M.I.Kom., Ketua Publikasi dan Dokumentasi Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) menekankan pentingnya kampus melakukan publikasi secara efektif atas berbagai program yang telah dijalankan. Ia menyayangkan masih banyak aktivitas Tri Dharma perguruan tinggi yang belum dipublikasikan secara optimal, sehingga gaungnya kurang terdengar di masyarakat.
“Banyak kampus, termasuk UB, sudah melakukan kegiatan yang luar biasa, terutama penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Namun, sayangnya belum diangkat ke ruang publik secara konsisten. Padahal, publikasi yang tepat akan memberi dampak besar pada citra institusi,” jelasnya.
Baca juga:
Filkom UB Bekali Mahasiswa Wawasan Desain 3D Printing

UB Dinilai Mampu Bersaing dengan PTN Besar
Dinna menilai bahwa UB memiliki potensi besar untuk menjadi contoh penerapan branding yang efektif. Meskipun baru beberapa tahun berstatus sebagai Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN-BH), UB dianggap mampu menyesuaikan diri dan bersaing dengan kampus-kampus besar lain yang lebih dulu mapan.
“Sejak berstatus BLU, UB sudah dikenal sebagai kampus besar dengan kinerja baik. Peralihan menjadi PTN-BH seharusnya tidak menjadi hambatan, justru momentum untuk meningkatkan kualitas dan memperluas kolaborasi,” katanya. Ia menambahkan bahwa UB telah menunjukkan kapasitasnya dalam berbagai bidang akademik maupun non-akademik, sehingga tinggal memperkuat positioning dan strategi komunikasinya.
Kolaborasi dan Inovasi Jadi Kunci Branding
Dalam paparannya, Dinna menekankan perlunya UB memiliki kekhasan dan keunggulan khas yang membedakan dari perguruan tinggi lainnya. Hal ini penting untuk menjadi nilai jual dan daya tarik di tengah persaingan global.
“UB harus tahu dulu positioning-nya, visinya apa, lalu melakukan riset mengenai apa yang dibutuhkan masyarakat. Dari situ bisa ditentukan strategi branding yang lebih fokus dan berdampak,” paparnya.
Selain itu, Dinna mendorong agar branding tidak hanya dilakukan di level institusi, tetapi juga melibatkan mahasiswa, dosen, hingga unit-unit kerja di seluruh fakultas. Dengan begitu, narasi yang dibangun menjadi lebih kuat, konsisten, dan terintegrasi.
Optimalisasi Media Sosial dan Kanal Publikasi
Dinna juga menyoroti pentingnya pemanfaatan media sosial untuk menjangkau audiens yang lebih luas, terutama generasi muda. Menurutnya, kampus perlu menyesuaikan pesan dan platform dengan target audiens yang dituju.
“Kalau ingin menyasar mahasiswa, bisa menggunakan Instagram atau TikTok. Untuk kalangan peneliti atau dosen, bisa memaksimalkan laman resmi atau bahkan Facebook. Yang terpenting, harus ada narasi tunggal yang kemudian disebar di berbagai kanal sesuai segmen audiens,” terangnya.
Ia menambahkan bahwa UB tidak hanya harus fokus pada publik internal, tetapi juga publik eksternal melalui media massa. Kolaborasi yang baik dengan jurnalis akan memperkuat kepercayaan masyarakat terhadap UB sebagai institusi pendidikan yang berdaya saing tinggi.
Baca juga:
The 4th BEFIC 2025, Akademisi Dunia Bahas Transformasi Ekonomi Digital
Menuju Citra Kampus yang Mendunia
Dengan strategi branding yang tepat, Dinna optimistis UB bisa semakin mendunia dan menjadi rujukan publik dalam bidang pendidikan tinggi. “Kampus perlu terus melakukan inovasi, baik melalui riset, pengabdian, maupun kolaborasi dengan masyarakat. Yang tidak kalah penting adalah memastikan semua aktivitas itu dipublikasikan dengan baik agar benar-benar dirasakan manfaatnya,” pungkasnya.
Workshop Branding Institusi ini menjadi bagian dari upaya UB untuk memperkuat citra sekaligus meningkatkan kepercayaan publik. Dengan dukungan kementerian, dewan pers, dan seluruh elemen kampus, UB menargetkan reputasi yang tidak hanya dikenal, tetapi juga dipercaya masyarakat luas. (nid/dht)