KANAL24, Jakarta – Bagi sebagian orang investasi di reksa dana saham menjadi opsi yang utama. Sebab instrumen investasi jenis ini menjanjikan return atau imbal hasil yang tinggi dan tingkat risiko juga cenderung lebih rendah jika dibandingkan dengan investasi di instrumen saham sepenuhnya.
Bagus Setyawan, dari Danareksa Invesment Management menjelaskan bahwa reksa dana saham adalah jenis reksa dana yang menginvestasikan sekurang-kurangnya 80 persen dari aktivanya dalam bentuk efek bersifat ekuitas atau saham dan 20 persen ke pasar uang. Reksa dana saham ini menjadi salah satu dari empat jenis reksa dana yang ada yaitu reksa dana pasar uang (RDPU), reksa dana pendapatan tetap (fix income), dan reksa dana campuran.
Mengenai karakter dari reksa dana saham, Bagus mengatakan bahwa instrumen investasi untuk jenis ini lebih cocok bagi investor yang memiliki profil risiko agresif. Artinya investor memang ingin berburu cuan dalam tempo waktu yang lama tanpa terburu-buru untuk menjualnya meskipun ada potensial market dalam jangka pendek. Ditegaskannya bahwa jenis reksa dana ini hanya untuk mereka para investor yang memiliki visi jangka panjang.
“Karakter dari reksa dana saham ini we talking about long term, kita berbicara untuk jangka waktu 5-10 tahun yang akan datang, jadi jangan eksekusi (jual) pada kondisi yang sifatnya masih potensial,” ujar Bagus dalam paparannya pada acara Festifund2020 yang diadakan oleh PT Indopremier Sekuritas, Minggu (4/10/2020).
Karakter lain dari investasi jenis reksa dana saham adalah memiliki risiko yang lebih tinggi namun disertai dengan potensi pendapatan yang juga tinggi. Perbandingan tinggi rendahnya risiko dan return ini jika disandingkan dengan jenis reksa dana lainnya seperti reksa dana pasar uang, reksa dana pendapatan tetap dan juga reksa dana campuran. Namun jika dibandingkan dengan instrumen investasi saham, risiko reksa dana saham memang lebih rendah.
“Risikonya tergolong tinggi dikarenakan fluktuasi harga yang lebih tinggi dan jangka waktu yang panjang. Akan tetapi dalam waktu yang panjang itu reksa dana saham ini berpotensi tumbuh tinggi dibandingkan dengan reksa dana lainnya,” sambung Bagus.
Dia menambahkan reksa dana saham ini juga tergolong instrumen investasi yang sensitif terhadap perkembangan isu ekonomi politik. Sebab 80 persen aktivanya dialokasikan pada instrumen saham. Oleh sebab itu sebelum memutuskan untuk membeli reksa dana jenis ini, investor harus benar-benar memahami karakteristik dari jenis investasinya dan harus mengenal betul profil risiko diri pribadinya.
“Kondisi politik dan ekonomi sangat berpengaruh pada saham yang kita beli, kaya isu Donald Trump kena Covid itu langsung pengaruh ke saham di bursa Amerika. Dan perlu dipahami bahwa reksa dana saham itu pencairan itu tidak sesimple di reksa dana pasar uang yang bisa langsung masuk ke rekening tapi dia bisa dari 3 – 7 hari baru cair,” ujar Bagus. (sdk)