oleh | Akhmad Muwafik Saleh
Kepuasan komunikasi adalah salah satu bentuk respon persepsi atas kualitas komunikasi yang dilangsungkan seseorang hingga mampu mempersuasi sikap dan pilihan suatu keputusan yang akan diambil oleh seseorang, apakah dirinya akan melanjutkan hubungan atau tidak. Menarik untuk dijadikan pelajaran dari riwayat berikut dari Jabir bin Abdullah seorang meriwayatkan, dia pergi berperang bersama Rasulullah ke Neid, Ketika Rasulullah kembali, mereka bersama kembali bersama beliau.
Rasulullah berteduh di bawah sebatang pohoh dan mengantungkan pedang beliau di pohon tersebut. Jabir mengatakan, “Kami semua tidur dan Rasulullah pergi, kami pun datang dan mendapati Badui sedang duduk di sebelahnya (bernama Ghaurats bin Al-Harits). Rasulullah bersabda, Orang ini mengambil pedangku saat aku tidur, dan aku bangun mendapati pedang itu ada di membantah, terhunus. Dia bertanya kepadaku, “Apakah kamu takut kepadaku? Aku jawab, Tidak. Dia bertanya lagi, ‘Siapa yang akan melindungimu dari aku? “Aku katakan,’ Allah ‘, tiga kali. Dia pun akhirnya menyarungkan pedang.’ Dan Rasulullah tidak menghukumnya, “
Dalam hadits lain,” Pedang itu jatuh dari tangannya, lalu Rasulullah mengambilnya dan bertanya, ‘Siapa yang akan melindungimu? ” Orang itu menjawab, Jadilah engkau sebaik-baik pembalas. ‘ Rasulullah bertanya, Apakah kamu bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah selain Allah, dan aku adalah Utusan Allah? “Dia menjawab, ‘Aku berjanji tidak akan memerangimu dan tidak akan bersama suatu kaum yang memerangimu. Rasulullah pun membiarkannya pergi, dan dia kembali ke kaumnya seraya mengatakan, ‘Aku datang kepada kalian dari sebaik-baik manusia’.” ((HR. Al Hakim, 4322).
Kisah tersebut diatas memberikan sebuah pelajaran berharga bahwa betapa sikap profetik Rasulullah swt dapat mengantarkan seseorang dalam kepuasan komunikasi. Sebagaimana dipahami bahwa komunikasi sejatinya adalah transaksi pengaruh, atau negosiasi kepentingan yaitu upaya untuk saling mempengaruhi agar terjadi sebuah perubahan sikap ataupun keputusan hidup melalui suatu perubahan tindakan. Seorang badui dalam kisah tersebut diatas bersedia melakukan perubahan keputusan sikap untuk kemudian mendukung nabi disebabkan kelemahlembutan sikap Nabi dalam menperlakukan orang lain sekalipun terhadap orang yang memusuhinya.
Secara kontekstual hal ini memberikan pelajaran berharga terkait dengan kepuasan pelanggang sebagai akibat tindakan komunikasi yang dapat membuat orang lain terpuaskan yang disebabkan oleh kelembutan sikap dan perhatiannya terhadap orang lain, dalam hal ini adalah pelanggan. Artinya seorang pemberi layanan akan dapat mempengaruhi sikap dan keputusan pelanggan untuk dapat mendukung atau partisipatif dengan segala apapun yang dirancang oleh lembaga pemberi layanan manakala para pelanggan mampu secara nyata menampilkan sikap lemah lembut, perhatian, kepedulian. Inilah kiranya bahwa salah satu cara dalam membuat kepuasan pelaksaan komunikasi pelayanan publik adalah dengan bersikap yang ramah penuh kelembutan sekaligus penuh perhatian dan ketulusan dalam membantu orang lain. Manakala motiv ini terbangun dengan baik dalam tindakan pelayanan dengan komunikasi empatik maka tentu akan melahirkan kepuasan pelangggan yang akan berujung pada terciptanya loyalitas dari para pelanggan.
Penulis KH Akhmad Muwafik Saleh Pengasuh Pesma Tanwirul Afkar dan Dosen FISIP UB