KANAL24, Malang – – Minyak melonjak sekitar 1%, Kamis, karena perkembangan pada kesepakatan perdagangan utama lainnya mendorong optimisme bahwa permintaan energi akan tumbuh pada 2020.
Senat Amerika menyetujui pembenahan Perjanjian Perdagangan Bebas AS-Meksiko-Kanada sehari setelah penandatanganan perjanjian perdagangan Fase 1 antara Washington dan Beijing.
Harga minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, naik 62 sen, atau 1%, menjadi USD64,62 per barel, sementara patokan Amerika, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI), melambung 71 sen, atau 1,2%, menjadi USD58,52 per barel, demikian laporan Reuters , di New York, Kamis (16/1) atau Jumat (17/1/2020) pagi WIB.
Kesepakatan yang disetujui Senat itu adalah perubahan dari Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara yang berusia 26 tahun. Sehari sebelumnya, para pemimpin AS dan China menandatangani perjanjian perdagangan Fase 1 yang menyerukan importir terbesar dunia itu untuk membeli lebih dari USD50 miliar minyak, gas alam cair, dan produk energi Amerika lainnya selama dua tahun.
Namun, para analis memperingatkan bahwa China mungkin akan kesulitan untuk memenuhi target itu dan mengatakan harga minyak bisa berubah hingga rincian lebih lanjut muncul.
“Kita melihat kesepakatan perdagangan AS-China kemarin – ditandatangani dan disegel. Dan sekarang kita melihat perdagangan AS-Meksiko disetujui senat. Jadi saya pikir optimisme seputar permintaan meningkat secara eksponensial saat ini,” kata Phil Flynn, analis Price Futures Group di Chicago.
Flynn juga mengutip laporan dari Federal Reserve Bank of Philadelphia yang menunjukkan aktivitas manufaktur di wilayah Atlantik Tengah Amerika rebound pada Januari ke level tertinggi dalam delapan bulan.
Namun kenaikan harga agak tertahan di awal sesi setelah Badan Energi Internasional (IEA) memperkirakan produksi minyak melebihi permintaan minyak mentah dari Organisasi Negara Eksportir Minyak ( OPEC ), bahkan jika anggota kartel itu mematuhi sepenuhnya pakta dengan Rusia dan sekutu non- OPEC lainnya untuk mengekang output .
Laporan itu juga mengatakan melonjaknya produksi minyak dari negara-negara non- OPEC yang dipimpin Amerika Serikat bersama dengan stok global yang melimpah akan membantu pasar melewati guncangan politik seperti ketegangan AS-Iran.
UBS mengatakan dalam sebuah catatan “jika ketegangan Timur Tengah tidak meningkat dan menyebabkan gangguan produksi, Brent bakal turun ke bagian bawah kisaran perdagangan USD60-65 per barel pada semester pertama 2020 sebelum pulih kembali ke puncaknya pada paruh kedua tahun ini”. (sdk)