Kanal24, Malang – Ramadan merupakan bulan yang istimewa bagi umat Muslim di seluruh dunia. Bagi Muhammad Fahad Malik, mahasiswa asal Pakistan yang tengah menempuh studi doktoral di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya (FH UB), Ramadan di Indonesia memberikan pengalaman yang unik dan berbeda dibandingkan dengan di negaranya.
Dalam wawancara eksklusif dengan Kanal24 pada Kamis (13/03/2025), Fahad mengungkapkan bahwa ia merasa nyaman menjalani ibadah puasa di Indonesia, khususnya di Malang. Salah satu faktor utama yang membuatnya merasa demikian adalah kondisi cuaca yang lebih bersahabat dibandingkan dengan di Pakistan. “Di sini lebih mudah karena cuacanya tidak terlalu panas. Di Pakistan, terutama saat musim panas, cuaca bisa sangat terik dan membuat puasa lebih menantang,” ujarnya.
Baca juga:
Kuliner Ramadhan Festive Buffet Juara Kembali Hadir di The 1o1 Malang OJ
Fahad juga mengapresiasi suasana Ramadan di Indonesia yang menurutnya memiliki banyak kemiripan dengan tradisi di negaranya. Ia menyoroti budaya berbagi makanan untuk berbuka puasa yang banyak dilakukan oleh masyarakat Indonesia. “Saya melihat banyak mahasiswa dan masyarakat yang membagikan makanan gratis saat waktu berbuka, ini sangat mirip dengan tradisi di Pakistan. Hal ini membuat saya merasa seperti di rumah sendiri,” katanya.
Selain itu, ia menilai bahwa waktu puasa di Indonesia lebih pendek dibandingkan di Pakistan. “Di sini, kita berbuka sekitar pukul 17.45, sedangkan di Pakistan, waktu berbuka bisa jauh lebih malam, tergantung musim. Hal ini membuat Ramadan di Indonesia terasa lebih ringan bagi saya,” tambahnya.
Meskipun jauh dari keluarga, Fahad mengaku tetap bisa menikmati Ramadan bersama teman-teman sesama mahasiswa internasional. “Kami tinggal di Asrama UB, dan di sana ada banyak mahasiswa dari berbagai negara. Kami sering memasak bersama untuk berbuka puasa, sehingga suasana kekeluargaan tetap terasa,” ungkapnya.
Mengenai kuliner khas Indonesia selama Ramadan, Fahad mengaku sangat menyukai berbagai jajanan yang tersedia di sekitar kampus. “Saya suka makanan pedas, jadi saya menikmati hidangan seperti lumpia dan risol. Selain itu, takjil seperti kolak dan es buah juga menjadi favorit saya saat berbuka,” katanya dengan antusias.
Saat ditanya mengenai perbedaan kebiasaan Ramadan di Indonesia dan Pakistan, Fahad menjelaskan bahwa di negaranya, banyak orang yang begadang hingga waktu sahur dan baru tidur setelahnya. Sementara itu, di Indonesia, ia melihat bahwa aktivitas tetap berjalan seperti biasa di pagi hari. “Di Pakistan, kebanyakan toko dan perkantoran baru buka setelah siang, sedangkan di sini, aktivitas sudah dimulai sejak pagi, bahkan kelas kuliah bisa dimulai pukul 06.30,” jelasnya.
Untuk perayaan Idul Fitri, Fahad berencana merayakannya di Indonesia karena masa libur yang terbatas tidak memungkinkan untuk pulang ke Pakistan. “Saya dan teman-teman berencana mengadakan acara bersama atau mungkin bepergian ke kota lain seperti Jakarta atau Yogyakarta untuk menikmati liburan Lebaran,” tuturnya.
Baca juga:
Ramadhan Adalah Keteguhan Hati
Ia juga menceritakan tradisi Idul Fitri di Pakistan yang memiliki kemiripan dengan di Indonesia. “Di pagi hari, kami menunaikan salat Id, kemudian mengunjungi makam keluarga untuk mendoakan mereka. Setelah itu, kami berkumpul bersama keluarga besar, makan makanan khas seperti Sheer Khurma, yaitu hidangan manis berbasis susu dan bihun, serta hidangan utama seperti Biryani dan Qorma,” paparnya.
Dengan semua pengalaman yang ia jalani selama Ramadan di Indonesia, Fahad mengaku sangat menikmati suasana kebersamaan yang tercipta di lingkungan kampus dan masyarakat sekitar. “Saya merasa diterima dengan baik di sini, dan Ramadan menjadi momen yang istimewa untuk merasakan solidaritas antar sesama Muslim,” pungkasnya. (nid/hil)