Kanal 24, Kediri – Serangan hama tikus menjadi masalah serius bagi petani di Desa Badas, Kabupaten Kediri. Banyak lahan pertanian, khususnya sawah padi, mengalami penurunan hasil panen akibat serangan tikus yang terus meningkat. Untuk menjawab tantangan ini, mahasiswa Universitas Brawijaya dari KKN PSDKU (Program Studi di Luar Kampus) Universitas Brawijyaya Kelompok 12 menggagas solusi ramah lingkungan berupa pembangunan Rumah Burung Hantu (RUBUHA).
Program ini bertujuan mengurangi ketergantungan petani pada bahan kimia dan pestisida, serta memanfaatkan burung hantu jenis Tyto alba sebagai predator alami hama tikus. Kegiatan ini dimulai dengan penyuluhan yang diikuti oleh kelompok tani dari Dusun Tegalrejo dan Dusun Matakan pada Sabtu (5/7/2025).
Baca juga:
Doktor Fapet UB Ciptakan Inovasi Nugget Susu Lada Hitam

Mengajak Warga Kenali Peran Burung Hantu
Menurut Luluk, perwakilan Balai Pertanian Desa Badas, pembangunan RUBUHA adalah langkah strategis yang dapat menekan biaya operasional petani.
“Keberadaan burung hantu bisa membantu mengontrol hama tikus secara efektif. Ini alternatif yang lebih hemat dan ramah lingkungan,” ujarnya.
Dalam penyuluhan, warga dikenalkan pada cara kerja burung hantu dalam ekosistem, manfaat ekologisnya, serta langkah-langkah membuat rumah burung hantu yang sesuai standar.
Yono, Kepala Dusun Tegalrejo, menyampaikan bahwa sebenarnya sudah ada RUBUHA yang dibangun sejak 2018, namun jumlahnya terbatas dan kondisinya sudah rusak.
“Kami senang ada bantuan dari mahasiswa karena selama ini belum tahu cara yang benar dalam membuat dan memasang RUBUHA,” katanya.
Pelatihan Langsung dan Pemasangan di Lahan Warga
Kegiatan dilanjutkan pada Rabu (9/7/2025) dengan praktik langsung pembuatan RUBUHA bersama kelompok tani Dusun Tegalrejo. Mahasiswa membantu memilih bahan, mengatur ukuran, dan menentukan lokasi pemasangan. Sebanyak empat RUBUHA dipasang, dua berasal dari mahasiswa dan dua lainnya dibuat langsung oleh warga saat praktik.
“Pemasangan dilakukan di tempat yang jauh dari aktivitas warga, karena burung hantu tidak menyukai keramaian. Pintu rumahnya juga harus menghadap berlawanan dengan arah matahari,” jelas Razka, Koordinator KKN Kelompok 12.
Baca juga:
MMD UB Bangun Perpustakaan Tingkatkan Literasi Desa
Antusiasme Tinggi dari Warga
Program ini mendapat sambutan hangat dari para petani. Ketua Kelompok Tani Dusun Tegalrejo, yang juga menjabat sebagai Kepala Dusun Matakan, mengaku pelatihan ini membuka wawasan baru.
“Dulu kami tidak tahu cara membuat RUBUHA dengan benar. Sekarang kami jadi paham spesifikasinya dan bagaimana cara memasangnya agar efektif,” ungkapnya.
Dengan pembangunan RUBUHA ini, para petani berharap serangan hama tikus bisa berkurang, hasil panen meningkat, dan lingkungan pertanian tetap terjaga tanpa perlu bergantung pada racun kimia. (han)