Kanal24, Malang – Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Brawijaya (UB) kembali menggelar International Conference Brawijaya Dentistry (ICBD) untuk yang keenam kalinya. Konferensi internasional yang berlangsung selama dua hari pada Sabtu-Minggu (28-29/09/2024) dihadiri oleh para peneliti dan praktisi kesehatan gigi dari dalam dan luar negeri, dengan tema utama inovasi bioteknologi dan kecerdasan buatan (AI) dalam kedokteran gigi.
drg. Ester Handayani Lodra, Sp.BM, Dokter Spesialis Bedah Mulut dan Maksilofasial, menjelaskan bahwa ICBD merupakan agenda tahunan FKG UB yang bertujuan untuk mengembangkan keilmuan, meningkatkan kolaborasi riset, serta mendorong pembaruan teknologi di bidang kedokteran gigi.
“ICBD ini merupakan ajang bagi para peneliti, baik dari dalam maupun luar negeri, untuk saling berbagi hasil riset terbaru. Tahun ini adalah tahun keenam kami menyelenggarakan konferensi ini, dan kami merasa sangat bangga dapat menghadirkan lima narasumber internasional dari empat negara. Kolaborasi tidak hanya terbatas pada bidang kedokteran gigi, tetapi juga melibatkan bidang kedokteran umum dan teknologi seperti mekatronik,” ujar drg. Ester.
Baca juga : FKG UB Gelar Konferensi Internasional Kembangkan Teknologi Kedokteran Gigi
Salah satu fokus utama ICBD kali ini adalah pembaruan teknologi yang diusung dalam ranah kedokteran gigi. drg. Ester menjelaskan bahwa teknologi yang dikembangkan saat ini tidak hanya difokuskan pada diagnosis penyakit, tetapi juga pada inovasi terapi yang lebih efisien dan efektif. Penggabungan bioteknologi, nanoteknologi, dan AI menjadi sorotan utama dalam upaya meningkatkan kualitas hidup pasien.
“Misalnya, saat kita berbicara tentang rahang yang tidak sesuai posisi, teknologi terbaru memungkinkan kita untuk memperbaiki fungsi rahang dengan lebih cepat dan akurat. Komplikasi menjadi lebih rendah, dan pemulihan pasien lebih cepat,” tambahnya.
Selain itu, bioteknologi memainkan peran penting dalam penyembuhan jaringan serta deteksi masalah patologis yang lebih akurat. Kombinasi nanoteknologi dengan bahan herbal juga menjadi topik menarik dalam konferensi ini, yang menyoroti penggunaan komponen herbal untuk terapi kedokteran gigi.
Tahun ini, ICBD menghadirkan delapan pembicara, dengan enam orang dari luar negeri dan dua dari Indonesia. Para pembicara berasal dari berbagai universitas terkemuka, termasuk Universitas Hasanuddin yang berkolaborasi sebagai co-host konferensi.
Peserta konferensi tidak hanya datang dari kalangan akademisi dan peneliti dalam negeri, tetapi juga dari mahasiswa pascasarjana hingga asisten profesor yang sedang menjalani pendidikan di luar negeri. Konferensi ini membuka peluang besar untuk berkolaborasi dalam penelitian-penelitian baru di masa depan.
“Target dari konferensi ini adalah menghasilkan kebaruan dalam penelitian. Kita tidak bisa berdiri sendiri dalam melakukan penelitian, karena untuk mencapai inovasi yang besar, dibutuhkan kerja sama dengan berbagai institusi, baik dalam negeri maupun internasional. Misalnya, saat ini kami bekerja sama dengan Tokyo Medical University (TMU) dalam pengembangan riset klinis,” jelas drg. Ester.
Kerja sama ini memungkinkan UB untuk melakukan uji klinis dan pengembangan metode yang lebih canggih dalam bidang kedokteran gigi. Riset yang awalnya hanya dilakukan di laboratorium in vitro kini dapat diterapkan dalam pengujian klinis yang lebih komprehensif.
Meski sempat terhalang pandemi COVID-19 pada penyelenggaraan ICBD sebelumnya, FKG UB tetap berkomitmen untuk melanjutkan konferensi ini secara berkelanjutan. Dengan perkembangan teknologi yang pesat, terutama di bidang AI, drg. Ester berharap bahwa hasil-hasil riset yang dihasilkan tidak hanya bermanfaat dalam lingkup akademis, tetapi juga dapat diterapkan langsung dalam praktik klinis untuk meningkatkan pelayanan kesehatan gigi kepada masyarakat.
“Kami berharap agar hasil dari ICBD ini tidak hanya berhenti pada penelitian, tetapi dapat diterapkan hingga tahap hilir dan menjadi produk yang bermanfaat bagi masyarakat luas. Semoga ke depannya, penelitian yang dilakukan oleh para peneliti di UB dan institusi lainnya dapat memberikan dampak klinis yang besar, sehingga kualitas hidup pasien dapat terus ditingkatkan,” tutupnya.
Konferensi ini diakhiri dengan harapan akan semakin banyak kolaborasi dan inovasi yang dihasilkan di masa mendatang, serta terciptanya solusi-solusi baru dalam bidang kedokteran gigi yang memanfaatkan teknologi terkini. (nid/yor)