KANAL24, Malang – Perhimpunan Fitopatologi Indonesia (PFI) menggelar kongres dua tahunan sekaligus webinar internasional bertajuk Peran Fitopatologi dalam Mewujudkan Tanaman Sehat Menuju Pertania Berlanjut di Era Revolusi Industri 4.0 pada tanggal 29-30/10/2021 secara daring.
Ketua Pelaksana Kongres PFI ke XXVI, Dr. Mintarto Martosudiro mengatakan tema yang diambil selaras dengan era revolusi industri 4.0 yang mana sektor pertanian di Indonesia memiliki tantangan yang cukup besar berupa digitalisasi, mekanisasi, dan modernisasi.
“Selain tantangan berupa digitalisasi, perubahan iklim yang menunjukkan dampak yang signifikan terhadap kesehatan tanaman, terutama karena perluasan penyebaran patogen dan perubahan epidemi penyakit. Sehingga upaya mitigasi dan adaptasi dalam menghadapi dampak ini menjadi tantangan besar bagi organisasi termasuk PFI ini,” terangnya pada konferensi pers, Sabtu (30/10/2021).
Di kesempatan yang sama, Sekjen PFI, Prof. Achmadi Priyatmojo menjelaskan penyakit atau patogen bisa menurunkan produksi tanaman. Kerugian yang ditimbulkan bisa mencapai 20-30 persen. Penyebab penyakit atau patogen ini bisa dari jamur, bakteri, virus, dan mikroplasma.
“Patogen bisa merusak tanaman yang otomatis berkaitan dengan lingkungan, misalnya saja daun tanaman mengalami kerontokan sehingga produksi oksigen berkurang. Jadi patogen ini bisa menurunkan produksi, berdampak terhadap lingkungan, sekaligus kesehatan manusia. Disinilah tugas kami sebagai dokter-dokter tanaman untuk bersama-sama mengambil peran dalam persoalan tersebut, salah satunya melalui kongres dan webinar ini,” jelas Achmadi.
Kongres yang diselenggarakan oleh organisasi yang telah berusia 51 tahun tersebut memiliki harapan, agar berbagai penelitian yang telah dilakukan dan dituliskan dalam bentuk paper bisa menambah khazanah ilmu pengetahuan terutama di bidang fitopatologi. Selain itu, dari penelitian-penelitian hasilnya dapat dikomunikasikan kepada masyarakat sebagai informasi-informasi baru seiring dengan era digitalisasi yang sedang terjadi.
PFI saat ini juga tengah mempersiapkan untuk sosialisasi dan legalisasi profesi dokter tanaman, yang mana profesi ini dirasa penting karena sejatinya manusia hidup membutuhkan pangan atau bergantung ke tanaman.
Webinar internasional ini diikuti oleh 350 peserta dengan peserta di hari pertama pelaksanaan sejumlah 270 orang dan pada hari kedua ini sebanyak 106 orang. Adapun pembicara pada webinar internasional ini adalah Kepala Badan Litbang Pertanian Kementerian Pertanian RI, Dr. Fadjry Djufry, lalu ada Prof. Roger Koide dari Brigham Young University USA, Prof. Wei Chiang Shen dari National Taiwan University, Prof. Nick Talbot dari The Sainsbury Laboratory, UK dan Dr. Siwi Indarti dari Universitas Gadjah Mada. (Meg)