KANAL24, Jakarta – – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengapresiasi komitmen Korea Selatan (Korsel) dengan merealisasikan investasinya di Indonesia, terutama di sektor manufaktur.
Dari catatan Badan Koordinasi Penanaman Modal ( BKPM ), realisasi investasi Januari-Juni 2019 Korsel berada di urutan kedelapan dari daftar penanaman modal asing (PMA) terbanyak, yaitu USD544,4 juta. Total realisasi investasi dipecah dalam 2.130 proyek.
Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto mengatakan, akan terus mendorong PMA menanamkan modalnya di Indonesia agar bisa memperkuat struktur sektor manufaktur di dalam negeri. Langkah ini juga sekaligus untuk memacu daya saing industri dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
“Korea adalah salah satu top 10 investor di Indonesia. Mereka punya industri yang potensial, khususnya sektor manufaktur,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto ketika menyampaikan keynote speech pada acara Indonesia-Korea Conference 2019: Charting A Blueprint for Robust Partnership di Jakarta, Rabu (18/9).
Menperin menyebutkan, sejumlah investor Korsel di sektor industri telah menggelontorkan dananya di Indonesia, termasuk ke sektor yang sedang diprioritaskan pengembangannya oleh pemerintah berdasarkan peta jalan Making Indonesia 4.0. Investasi mereka didominasi sektor industri mesin dan elektronik (15 persen), pertambangan (13 persen), gas dan air (9 persen), industri sepatu (8 persen), serta industri karet dan plastik (8 persen).
“Ada beberapa industri besar seperti Posco di sektor industri baja, dan Lotte Chemical di industri kimia yang berinvestasi sekitar USD3,5 miliar. Ada beberapa sektor lagi yang akan masuk. Apalagi untuk elektronika, pangsa pasar produk Korea juga cukup besar di Indonesia,” ujar Airlangga.
Airlangga menegaskan bahwa pemerintah berkomitmen untuk menciptakan iklim investasi yang semakin kondusif, memberikan kemudahan izin usaha, serta memfasilitasi insentif fiskal dan nonfiskal. Peningkatan investasi merupakan kunci untuk menciptakan lompatan dan terobosan dalam mewujudkan visi Indonesia maju dan sejahtera.
Upaya tersebut, sejalan dengan program prioritas di dalam Making Indonesia 4.0 untuk kesiapan diri memasuki era industri 4.0. Terutama yang berkaitan dengan pengembangan lima sektor andalan, yakni industri makanan dan minuman, industri tekstil dan pakaian, industri otomotif, industri elektronika, serta industri kimia.
“Makanya investasi terus kami pacu, sehingga akan menggenjot kapasitas produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik hingga ekspor. Selain itu dapat menghasilkan substitusi impor,” ungkapnya.
Adanya peningkatan investasi akan dapat menjaga kestabilan perekonomian nasional di tengah kondisi ekonomi global yang belum menentu akibat adanya perang dagang. “Kuncinya adalah FDI (Foreign Direct Investment). Seperti yang disampaikan Pak Dino Patti Djalal dan Dubes Korea, bahwa Indonesia menjadi prioritas dari new southern policy dari Korea,” ujarnya. (sdk)