KANAL24, Jakarta – PT Bank Mandiri (Persero) Tbk mencatatkan pertumbuhan kredit (konsolidasian) sebesar 11,5 persen ( year-on-year ) menjadi Rp806,8 triliun. Pertumbuhan tersebut dibarengi dengan penurunan rasio kredit bermasalah (NPL) gross sebesar 48 bps menjadi 2,53 persen dibandingkan September 2018.
Direktur Bisnis dan Jaringan BMRI, Hery Gunardi mengungkapkan, perbaikan tingkat NPL tersebut membuat Bank Mandiri bisa menurunkan biaya cadangan kerugian penurunan nilai ( CKPN ) sebesar 6,27 persen. Dia menyebutkan, pertumbuhan kredit BMRI tersebut sejalan dengan perbaikan kualitas kredit dan pengendalian biaya operasional melalui dukungan otomatisasi serta digitalisasi.
“Pertumbuhan Bank Mandiri saat ini lebih kami utamakan untuk sustainabilitas jangka panjang, sehingga pengukuran kinerja tidak hanya diukur pada akhir periode tetapi juga saldo rata-rata,” ucap Hery.
Pada kuartal III-2019 jumlah laba bersih BMRI tercatat sebesar Rp20,03 triliun atau meningkat 11,9 persen (yoy). Penyaluran kredit terutama ditopang oleh Corporate dan Retail terutama kredit Mikro dan Consumer .
Kredit di segmen korporasi mencapai ending balance Rp301,8 triliun atau bertumbuh rata-rata 5,72 persen (yoy). Untuk segmen Mikro, ending balance penyaluran kredit mencapai Rp116,4 triliun atau bertumbuh 19,4 persen (yoy). Segmen Consumer mencapai ending balance Rp88,5 triliun atau bertumbuh 4,1 persen (yoy).
Untuk mengoptimalkan fungsi intermediasi perbankan, kata Hery, BMRI
juga menjaga komposisi kredit produktif, seperti kredit investasi dan modal kerja yang porsinya cukup besar, yakni 81,49 persen dari total portofolio. Pada Kuartal III-2019, penyaluran kredit investasi mencapai Rp251,07 triliun dan kredit modal kerja sebesar Rp342,3 triliun.
Penyaluran kredit BMRI ke sektor infrastruktur pada kuartal ketiga tahun ini mencapai Rp198,5 triliun atau 16,9 persen (yoy). Kredit tersebut disalurkan ke sektor ketenagalistrikan, transportasi, migas, energi terbarukan dan lain-lain.
Sepanjang Januari-September 2019, total Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang disalurkan
BMRI mencapai Rp17,45 triliun atau bertumbuh 29,7 persen (yoy). Dari jumlah tersebut, sebesar 50,25 persen disalurkan kesektor produksi, yakni pertanian, perikanan, industri pengolahan dan jasa produksi.
Pada kuartal III-2019, penghimpunan dana murah BMRI tercatat sebesar Rp567,5 triliun. Pertumbuhan ini bertumpu pada penghimpunan tabungan sebesar Rp302,9 triliun atau bertumbuh 2,3 persen (yoy) dan giro sebesar Rp214,1 triliun atau bertumbuh 9,2 persen (yoy).
Pada periode tersebut, kontribusi Dana Pihak Ketiga (DPK) perusahaan anak mencapai Rp107,3 triliun atau bertumbuh 13,5 persen (yoy). Jika jumlah tersebut dikonsolidasikan, maka total DPK
BMRI beserta anak perusahaannya mencapai Rp891,2 triliun atau meningkat 7,2 persen dibanding posisi September 2018.
“Saat ini, permodalan dan likuiditas kami berada pada situasi yang sangat baik dengan rasio CAR Bank only di 22,50 persen dan rasio RIM [Rasio Intermediasi Makroprudensial] di 91,72 persen. Rasio yang sangat baik ini, jelas akan meningkatkan optimisme kami untuk bisa menjaga sustainabilitas kinerja