oleh | Akhmad Muwafik Saleh
Makan merupakan kebutuhan wajib yang dipenuhi oleh makhluk hidup. Hal ini adalah bagian dari kebutuhan fisik (haajah al ‘dhawiyah) yang wajib dipenuhi oleh setiap manusia. Pendekatan profetik mengatur tidak hanya pada nilainya semata namun pula cara memperoleh, memproses hingga bahan baku konsumsinya. Cara makan adalah hasil dari sebuah proses interaksi manusia dalam sebuah realitas budaya tertentu yang sangat dipengaruhi oleh alam sekitar dan interaksi antar manusia. Pendekatan profetik memberikan nilai batasan tentang bagaimana seseorang dalam menjalankan interaksinya dalam kaitan dengan pola dan konsumsi dalam memenuhi kebutuhan dirinya.
يَٰبَنِيٓ ءَادَمَ خُذُواْ زِينَتَكُمۡ عِندَ كُلِّ مَسۡجِدٖ وَكُلُواْ وَٱشۡرَبُواْ وَلَا تُسۡرِفُوٓاْۚ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ ٱلۡمُسۡرِفِينَ
Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan. (QS. Al-A’raf, Ayat 31)
Melakukan segala sesuatu secara berlebihan adalah tindakan yang tidak baik sekalipun untuk hal yang diperbolehkan. Makan adalah tindakan mubah (diperbolehkan) namun apabila berlebihan akan mengarah pada tindakan yang dimakruhkan hingga haram dan dapat merusak kesehatan manusia. Perintah untuk tidak berlebihan ditujukan kepada ummat manusia keseluruhan (anak Adam), hal ini menandakan bahwa larangan ini berlaku umum. Bahwa apabila hal itu dilanggar maka siapapun pasti akan mengalami dampak akibatnya. Ibnu Hajar rahimahullah berkata :
وما جاء من النهي عنه محمول على الشبع الذي يثقل المعدة ويثبط صاحبه عن القيام للعبادة ويفضي إلى البطر والأشر والنوم والكسل وقد تنتهي كراهته إلى التحريم بحسب ما يترتب عليه من المفسدة
“Larangan kekenyangan dimaksudkan pada kekenyangan yang membuat penuh perut dan membuat orangnya berat untuk melaksanakan ibadah dan membuat angkuh, bernafsu, banyak tidur dan malas. Bisa jadi hukumnya berubah dari makruh menjadi haram sesuai dengan dampak buruk yang ditimbulkan (misalnya membahayakan kesehatan).
Pola dan cara makan seseorang menurut para ahli dapat mengganggu beberapa kerja tubuh yang pada angka waktu tertentu dapat menimbulkan berbagai penyakit, seperti : penyakit kronis pada jantung, paru-paru, darah tinggi (hypertensi), diabetes, penyakit lambung dan usus (peptic ulcer disease), kegemukan (obesitas), depresi, tumor, kanker dan sebagainya. Hal ini disebabkan karena seseorang terlalu banyak makan, terlalu banyak garam, terlalu banyak gula, terlalu banyak lemak dan kholesterol, terlalu banyak bahan makanan tambahan (food additive), alkohol, merokok dan sebagainya. Padahal semua yang berlebihan itu tidak disukai oleh Allah SWT, sebagaimana disebutkan dalam teks sumber wahyu di atas.
Oleh karena itu ada sebuah ungkapan yang menjelaskan pada kita agar seseorang dalam mengkonsumsi makanan haruslah secukupnya, yaitu makan pada saat lapar dan berhenti sebelum kenyang :
نحن قوم لا نأكل حتى نجوع وإذا أكلنا لا نشبع
“Kita (kaum muslimin) adalah kaum yang hanya makan bila lapar dan berhenti makan sebelum kenyang“
Pola konsumsi dengan cara seperti yang dijelaskan tersebut di atas tentu akan berdampak pada kesehatan. Hal ini sejalan dengan apa yang dijelaskan dalam dunia kesehatan bahwa makan sedikit (tidak berlebihan) memungkinkan tubuh untuk lebih berkonsentrasi memperbaiki dirinya sendiri, sehingga kegiatan perbaikan DNA , membuang zat-zat toksin keluar tubuh, dan regenerasi sel-sel rusak dengan sel sehat dapat berlangsung lebih optimal.
Sementara bila pola konsumsi seseorang dengan cara makan yang berlebihan dan melampaui batas, maka tubuh akan lebih sibuk dengan kegiatan metabolisme (menguraikan makanan-makanan itu dalam tubuh) dan tidak sempat memperbaiki dirinya sendiri. Pola konsumsi demikian akan menjadi salah satu penyebab datangnya berbagai penyakit yang dapat memperpendek usia.
Konsepsi pola konsumsi sebagaimana dijelaskan diatas mengajarkan untuk berlaku proporsional dalam mengkonsumsi, hal ini dimaksudkan untuk memberikan ruang pada diri manusia agar tidak memenuhi dirinya dengan makanan. Bahkan nabi mengajarkan agar manusia bersikap proporsional dalam mengkonsumsi dengan mempertimbangkan 3 hal dalam dirinya. Sebagaimana sabda Nabi :
ما ملأ آدميٌّ وعاءً شرًّا من بطن، بحسب ابن آدم أكلات يُقمن صلبَه، فإن كان لا محالة، فثُلثٌ لطعامه، وثلثٌ لشرابه، وثلثٌ لنفَسِه
“Tidaklah anak Adam memenuhi wadah yang lebih buruk dari perut. Cukuplah bagi anak Adam memakan beberapa suapan untuk menegakkan punggungnya. Namun jika ia harus (melebihinya), hendaknya sepertiga perutnya (diisi) untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga lagi untuk bernafas”.
Pola konsumsi yang berlebihan tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik namun juga kesehatan mental (psikis) sebagaimana disampaikan oleh Imam Ibnu Hajar diatas. Bahwa seseorang yang makan berlebihan hingga kekenyangan akan membuat dirinya malas ibadah. Karena ibadahnya maka penyakit hati akan muncul berupa angkuh dan diri dikuasai oleh bernafsu. Penyakit psikis ini mungkin tidak dapat di observasi secara medis namun dampaknya akan sangat jauh lebih berbahaya sebab tidak hanya merusak fisik dirinya namun juga dapat merusak pola hubungan dan komunikasi dengan orang lain (interpersonal communication).
Demikian pula pola konsumsi yang berlebihan (israf) akan pula berdampak terhadap daya pikir seseorang khususnya dalam belajar (dampak pendidikan). Seseorang dengan pola konsumsi yang berlebihan hingga kekenyangan akan membuat malas berpikir dan mudah ngantuk sehingga untuk belajar menjadi malas. Imam Asy-Syafi’i menjelaskan :
لان الشبع يثقل البدن، ويقسي القلب، ويزيل الفطنة، ويجلب النوم، ويضعف عن العبادة
“Karena kekenyangan membuat badan menjadi berat, hati menjadi keras, menghilangkan kecerdasan, membuat sering tidur dan lemah untuk beribadah”.
Bahkan dalam kitab ta’lim muta’allim Syeikh al-Zarnuji mengatakan bahwa hanya dengan wara’ ilmu akan berguna. Sikap wara’ adalah menjaga diri dari perbuatan maksiat, menjaga perut dari makanan haram dan tidak berlebihan memakan makanan, tidak berlebihan dalam tidur, serta sedikit bicara. Dikatakan dalam syairnya :
يا طالب العـلم باشـر الورعا وجـانب الـنوم واترك الشبعـا
Hai pelajaran, patuhilah waro’, singkirkan tidur, dan jauhkan diri dari perut kenyang.
Perilaku konsumsi yang berlebihan yang membuat perut kekenyangan akan membuat seseorang malas belajar kemudian mudah mengantuk, semangat belajar menurun dan tentu dampaknya sulit untuk menerima pelajaran sehingga ilmu akan semakin menjauh. Manakala ilmu menjauh dari diri seseorang tentu hawa nafsu yang akan menguasai dirinya. Apabila seseorang telah dikuasai oleh hawa nafsu maka realitas komunikasi yang diproduksi oleh dirinya akan cenderung negatif. Lahirlah sikap sombong, angkuh, cuek, tidak peduli, dan sebagainya.
Karena itulah mengatur pola konsumsi dengan tidak berlebih-lebihan, bahkan menguranginya dengan berpuasa memungkinkan seseorang akan menjadi lebih perhatian, peduli, penyabar dan penyantun sehingga lahir perilaku komunikasi positif yang dapat membangun harmonisasi dalam kehidupan. Semoga…
Penulis KH. Akhmad Muwafik Saleh pengasuh Pesma Tanwirul Afkar dan Dosen FISIP UB