KANAL24, Malang – Lima mahasiswa Universitas Brawijaya berlaga pada Harvard National Model United Nations (HNMUN) 2020 di Boston, Massachussets, Amerika Serikat. Mereka adalah Miranda Christine Aprina (FT), Alfarez Nurrahman (FIA), Anindhita Aulia Putri dan Nehemia Satya Kamandaka Soetedjo (FTP), serta Ariel Ebenhaizer Tandian (FH). Selama 4 hari (13-16/2/2020), mereka beradu pendapat dengan 3000an peserta dari seluruh universitas bergengsi di dunia.
Salah satu perwakilan delegasi UB, Miranda Christine Apina mengatakan, UB telah berpartisipasi sejak 2013 lalu. HNMUN ini merupakan kegiatan tahunan simulasi sidang PBB.
“Di HNMUN, kita bukan hanya harus mengetahui tentang hukum saja, tetapi yang lebih penting adalah sekreatif apa kita bisa menyelesaikan suatu masalah, bagaimana kita membangun leadership dan kerja sama satu tim sehingga memdapatkan resolusi yang bagus,” terang Miranda, senin (9/3/2020).
Di HNMUN 2020, UB menjadi representatif dari Papua New Guinea pada General Assembly PBB. Topik yang diusung yaitu Legal Committee “exploring the rights and limitations of digital citizenship” dengan delegasi Miranda Christine Aprina dan Anindhita Aulia Putri. ECOFIN (Economic and Finance Committee) dengan topik banking policies for avoiding global recessions dan bertindak sebagai delegasi yaitu Alfarez Nurrahman. Terakhir, DISEC (Disarmament and International Security Committee) topik foreign intervention in civil war, dengan delegasi Nehemia Satya Kamandaka Soetedjo dan Ariel Ebenhaizer Tandian.
Pada ajang ini, para delegasi ditugaskan menjadi diplomat yang mewakili suatu negara dalam sebuah sidang PBB. Peserta MUN dituntut untuk memperjuangkan kepentingan negara yang diwakili dengan melakukan pidato, negosiasi, dan drafting resolusi.
“Selain belajar tentang hukum, yang lebih penting adalah kita belajar tentang cara bersosialisasi, negosiasi, berpikir kritis, problem solving dan berpidato dengan baik,” imbuh mahasiswa semester 6 itu.
Usai mengikuti HNMUN, delegasi UB berkesempatan mengunjungi Kedutaan Besar Republik Indonesia di Washington, DC (18/2/2020) dan markas PBB di New York City (21/2/2020).
“Saya berharap kedepan makin banyak mahasiswa FT khususnya dan UB pada umumnya yang tertarik mengikuti kegiatan seperti MUN. Karena kegiatan seperti ini sangat melatih skill semua delegasi, terutama dalam hal public speaking, bernegosiasi, debat, berpikir kritis, dan juga lebih mengenal tentang isu global serta mengenal struktur dan kinerja PBB. Rencananya, kami juga ingin membuat BSOD (Brawijaya School of Diplomacy) untuk mendidik mahasiswa UB yang tertarik dengan kegiatan MUN dan semacamnya,” pungkasnya. (meg)