KANAL24, Malang – Indonesia merupakan salah satu negara maritim terbesar di dunia yang memiliki prospek menjanjikan pada hasil perikanannya, terutama di sektor tangkap dan budidaya. Permintaan terhadap produk ikan meningkat pada tiap tahunnya sebesar 3,1 %, sehingga dalam kondisi tersebut, peningkatan jumlah produksi harus mengimbangi kecepatan permintaan ikan untuk memenuhi permintaan global. Salah satu produk perikanan yang memiliki prospek besar adalah lobster, yang juga menempati posisi keempat untuk komoditas ekspor dari bangsa Crustacea. Lobster air tawar saat ini menjadi alternatif bagi peternak karena masih jarang dibudidayakan. Dalam budidaya ini, ada dua permasalahan yang harus diselesaikan, yaitu waktu panen dan kanibalisme antar sesama lobster.
Fenomena budidaya lobster air tawar diatas menjadi perhatian lima remaja Masjid Raden Patah Universitas Brawijaya yang tergabung dalam Tim Bejo. Mereka adalah Hisyam Ryandhika (FAPET 2017), Virgiawan Prakoso (FTP 2016), Chevy Indriani (Vokasi 2018), Jodi Prasetyo (FAPET 2018), dan Ratna Wulida (FK 2018).
“Remaja masjid juga bisa berkarya dan memberikan kontribusi untuk Indonesia”. Ujar Chevy (24/09/2020).
Melalui Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Kewirausahaan (PKM K) yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada 2019 lalu, Tim Bejo mengusung inovasi budidaya dengan Sistem Highpro Cultivation. Fokus dari sistem budidaya ini adalah pemenuhan nutrisi lobster air tawar dan penggunaan shelter alami.
Kebiasaan peternak lobster air tawar pada umumnya menggunakan kecambah dan biji-bijian sebagai pakan sehingga pertumbuhannya lambat, dengan pemberian pakan berprotein tinggi maka pertumbuhannya bisa lebih dipercepat karena sudah disesuaikan dengan kebutuhan nutrisinya. Pada umumnya lobster ukuran 3 inch sampai ukuran siap panen membutuhkan waktu 2,5 bulan, dengan menggunakan inovasi ini lobster bisa dipanen dalam kurun waktu 1,5 bulan.
Dengan penggunaan inovasi shelter alami yaitu batang bambu, angka mortalitas dapat ditekan, sehingga hasil panen mampu di maksimalkan dan lebih menguntungkan. Dalam hal ini, pakan yang diformulasikan oleh Tim Bejo berbahan baku tepung ampas tahu, tepung keong mas dan tepung ikan.
Atas inovasi itu, mereka mendapat pendanaan Dirjen Dikti Kemendikbud. Rangkaian kegiatan program ini meliputi Persiapan produksi, survey lahan, dan persiapan sarana dan prasarana kedua Pembesaran lobster yang dipercepat dengan pemberian pakan berprotein tinggi ketiga Panen dan terahir Pemasaran.
Setelah pandemi Covid 19, kegiatan pelaksanaan PKM diubah menjadi dalam bentuk video tutorial.
“ Meskipun tidak bisa melakukan budidaya secara langsung,kami berharap dengan adanya video tutorial yang menggambarkan inovasi budidaya lobster air tawar yang kami rancang bisa bermanfaat bagi masyarakat,khususnya peternak lobster,” pungkas Hisyam. (sdk)