Kanal24, Malang – Upaya PT PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) untuk menekan biaya pokok produksi (BPP) listrik memasuki babak baru melalui percepatan pembangunan proyek LNG Midstream. Program ini dirancang untuk memperkuat suplai energi primer bagi pembangkit listrik di seluruh Indonesia sekaligus menekan penggunaan bahan bakar minyak (BBM) yang selama ini menjadi salah satu komponen biaya paling tinggi dalam operasional pembangkit.
Peran Strategis LNG Midstream untuk Sistem Kelistrikan Nasional
LNG Midstream merupakan sistem penyediaan gas alam cair mulai dari rantai transportasi, penyimpanan, hingga distribusi ke pembangkit listrik. Dalam beberapa tahun terakhir, pasokan gas pipa untuk beberapa sistem kelistrikan mengalami penurunan, sementara konsumsi BBM untuk pembangkit meningkat 10–15 persen sejak 2023. Kondisi tersebut membuat diversifikasi energi primer menjadi langkah mendesak yang harus dilakukan.
PLN EPI kini mengambil peran penting sebagai penyedia feedstock bagi pembangkit listrik. Mereka memasok berbagai jenis energi primer mulai dari gas, LNG, BBM, hingga batubara dan bioenergi. Melalui skema LNG Midstream, PLN berupaya memastikan pasokan energi tetap stabil sekaligus lebih hemat secara biaya.
Baca juga:
Pemerintah Tata Ulang Kebijakan Batu Bara

Efisiensi Biaya dan Stabilitas Suplai Energi
Penggunaan LNG dinilai lebih efisien dibandingkan BBM, terutama dalam hal harga, distribusi, dan ketahanan pasokan. Dengan membangun rantai midstream yang terintegrasi, PLN EPI bisa mengendalikan logistik LNG secara lebih efektif dan menekan biaya transportasi yang selama ini menjadi beban utama.
Proyeksi kebutuhan LNG untuk pembangkit mencapai sekitar 90 kargo pada 2025 dan diperkirakan meningkat menjadi 104 kargo pada 2026. Peningkatan ini mencerminkan pergeseran energi primer dari BBM ke LNG yang lebih ekonomis dan ramah lingkungan. Dengan integrasi penuh sistem distribusi, PLN berharap dapat menurunkan BPP secara signifikan.
Selain itu, fleksibilitas infrastruktur midstream memungkinkan suplai LNG dialihkan dengan cepat ke pembangkit lain jika terjadi gangguan pasokan. Hal ini akan meningkatkan keandalan sistem kelistrikan, terutama di wilayah yang selama ini bergantung pada BBM.
Pengembangan Infrastruktur dari Barat hingga Timur Indonesia
Salah satu fokus utama PLN EPI adalah membangun fasilitas suplai LNG di berbagai wilayah terpencil. Fase pertama pengembangan mencakup beberapa zona strategis, antara lain Wilayah Nias yang infrastrukturnya telah memasuki tahap akhir konstruksi, Enam titik lokasi di Sulawesi dan Maluku Delapan titik lokasi di Nusa Tenggara, dan Empat titik di Papua Utara.
Fasilitas di Nias ditargetkan beroperasi penuh pada Januari 2026. Setelah itu, proyek akan diperluas ke klaster lain seperti Halmahera Timur, Morotai, Sanana, Sofifi, Bangka Belitung, dan sejumlah lokasi di Kalimantan.
Untuk kawasan Pulau Jawa dan Jawa–Madura–Bali yang menjadi pusat beban listrik nasional, PLN menyiapkan penyediaan gas melalui pembangunan FSRU (Floating Storage Regasification Unit). FSRU ini berfungsi sebagai unit penyimpanan dan regasifikasi LNG sebelum dialirkan ke pembangkit-pembangkit berbasis gas seperti pembangkit berteknologi CCGT yang sedang dikembangkan.
Mendukung Transisi Energi dan Pemerataan Kelistrikan
Konversi pembangkit dari BBM ke LNG merupakan langkah transisi energi yang berdampak langsung dalam pengurangan emisi. LNG menghasilkan polusi lebih rendah dibanding BBM dan batubara, sehingga sejalan dengan arah kebijakan energi bersih nasional.
Selain itu, penerapan LNG Midstream juga memberi dampak signifikan terhadap pemerataan listrik. Wilayah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar) yang selama ini bertumpu pada BBM kini berpeluang mendapatkan pasokan listrik yang lebih stabil dan lebih murah.
Dari aspek ekonomi, penurunan biaya produksi listrik dapat menjaga stabilitas tarif bagi masyarakat, sekaligus memberi ruang bagi pemerintah untuk mendorong investasi di energi terbarukan.
Tantangan dan Arah Pengembangan ke Depan
Meski menawarkan efisiensi, proyek LNG Midstream tetap menghadapi sejumlah tantangan, seperti: Kesiapan infrastruktur distribusi dan regasifikasi, Fluktuasi harga gas global, Kebutuhan koordinasi lintas daerah dan lembaga, dan Integrasi dengan pembangunan pembangkit listrik berbasis gas.
Keberhasilan proyek sangat dipengaruhi oleh kemampuan PLN EPI menyelesaikan pembangunan infrastruktur tepat waktu, memastikan keamanan pasokan, dan menjaga efisiensi rantai pasok.
Proyek LNG Midstream menjadi tonggak penting dalam strategi PLN untuk menekan biaya pokok produksi listrik dan meningkatkan ketahanan energi nasional. Dengan memperluas distribusi LNG ke berbagai wilayah, meningkatkan efisiensi logistik, serta mendukung transisi energi bersih, proyek ini diproyeksikan menjadi salah satu pengubah besar dalam sistem kelistrikan Indonesia.
Jika semua berjalan sesuai rencana, Indonesia akan memasuki era baru: bahan bakar pembangkit lebih murah, konsumsi BBM berkurang drastis, dan layanan listrik semakin stabil dari Sabang hingga Merauke. (nid)









