Kanal24, Malang – Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Brawijaya menggelar lokakarya bertajuk “Humor in Digital Humanities” pada Kamis (07/11/2024) di ruang A2.I. Acara ini menarik minat para mahasiswa dan dosen FIB, terutama mereka yang tengah menjalani program magang. Dalam lokakarya ini, peserta memperoleh wawasan mengenai peran humor dalam humaniora digital, termasuk inovasi dan aplikasi humor di dunia digital yang berkembang pesat.
Lokakarya ini menghadirkan para pakar di bidang humor dan humaniora digital, antara lain Ulwan Fakhri, Yasser, Fikry, dan CEO Institut Humor Indonesia Kini (IHIK), Novrita Widiyastuti. Sebagai moderator acara, Isti Purwaningtyas selaku Ketua Pelaksana mengungkapkan bahwa lokakarya ini diinisiasi untuk memperkenalkan aspek humor dalam penelitian humaniora digital, dengan fokus pada penelitian yang relevan bagi mahasiswa dan dosen.
“Acara ini diselenggarakan untuk memberikan wawasan bagi mahasiswa dan dosen tentang penelitian humor yang dapat diintegrasikan ke dalam kajian humaniora digital. Kami ingin agar humor tidak hanya dipandang sebagai hiburan semata, tetapi juga sebagai topik serius dalam ranah akademik,” ujar Isti Purwaningtyas.
Novrita Widiyastuti dari IHIK menambahkan bahwa humor memiliki manfaat yang signifikan dalam pendidikan, baik bagi pengajar maupun peserta didik. Menurutnya, penggunaan humor dalam pengajaran dapat menciptakan suasana kelas yang lebih interaktif dan rileks, sehingga materi lebih mudah diserap oleh mahasiswa.
“Selama 18 tahun saya mengajar dengan menyisipkan humor dalam setiap sesi. Humor tidak hanya membuat kelas lebih menyenangkan, tapi juga efektif dalam membantu mahasiswa memahami materi dengan lebih baik,” ungkap Novrita.
Lokakarya ini dibagi menjadi dua sesi. Sesi pertama dikhususkan bagi mahasiswa, di mana para pembicara memaparkan berbagai riset mengenai humor sebagai bidang kajian yang potensial untuk skripsi. Mahasiswa diajak untuk mengeksplorasi humor dari perspektif budaya digital, termasuk dalam bentuk komik dan arsip budaya humor yang telah didigitalisasi.
Pada sesi kedua, yang dikhususkan untuk dosen, diskusi lebih menyoroti metode pengajaran yang interaktif dengan memanfaatkan humor. Para dosen diberi tips mengenai cara menyisipkan humor dalam perkuliahan agar materi yang disampaikan lebih menarik dan mudah diterima mahasiswa.
Salah satu target utama lokakarya ini adalah mendorong publikasi penelitian tentang humor dan humaniora digital yang lebih luas di kalangan mahasiswa dan dosen UB. Isti Purwaningtyas menyampaikan harapannya agar acara ini bisa menjadi titik awal bagi penelitian yang lebih dalam mengenai humor sebagai fenomena budaya di era digital.
“Harapan kami, acara ini bisa mendorong lebih banyak publikasi dan diskusi terkait humor serta digital humanities di lingkungan akademik UB. Semoga makin banyak penelitian yang dihasilkan, dan humor dapat menjadi bidang kajian yang bermanfaat di masa depan,” tambahnya.
Acara ini diakhiri dengan sesi tanya jawab yang antusias, menandakan ketertarikan para peserta terhadap topik humor dalam humaniora digital. Lokakarya “Humor in Digital Humanities” ini tidak hanya membuka wawasan peserta mengenai penelitian yang kreatif dan relevan, tetapi juga menginspirasi para akademisi untuk menjadikan humor sebagai bagian penting dalam pengajaran dan penelitian di era digital. (nid/sil)