Kanal24, Malang – Matematika hingga saat ini masih dianggap sebagai momok atau mata pelajaran sulit dan tidak menyenangkan bagi sebagian murid sekolah. Hal ini menjadi tantangan bagi guru agar metode pengajaran yang diberikan lebih mudah dipahami dan disukai oleh para murid. Inilah yang melatarbelakangi Mahasiswa Fakultas Pertanian, Zulfikar Dabby Anwar, menciptakan inovasi MAFUN atau Math is Fun. Inovasi ini merupakan alat peraga matematika berbasis matras interaktif dalam ajang Tanoto Student Research Award (TSRA) Tahun 2022 lalu.
TSRA merupakan kompetisi tahunan yang diselenggarakan oleh Tanoto Foundation bagi 5 universitas, yaitu Universitas Brawijaya (UB), Universitas Indonesia (UI), Universitas Diponegoro (Undip), Institut Pertanian Bogor (IPB), dan Institut Teknologi Bandung (ITB). Setiap universitas mengirimkan delegasi dan dibentuk tim yang akan mendapatkan arahan membuat suatu alat peraga atau project.
Zulfikar bersama timnya dari berbagai jurusan dan fakultas di UB harus menjadi satu tim dan ini merupakan tantangan baru bagi Zulfikar. Mereka yang tergabung dalam satu tim mulai mengeksekusi tugas yang diberikan oleh TSRA selama kurang lebih 6 bulan, dari bulan Maret hingga November 2022.
“Dari awal kita memang diberikan pelatihan, yaitu bagaimana kita menentukan ide, mengumpulkan data di lapangan, dan bagaimana kita merealisasikan, hingga kita diberi dana,” terang Zulfikar.
Zulfikar mengaku sempat mengalami kesulitan bersama timnya karena anggota tim berasal dari berbagai jurusan, fakultas, dan universitas yang tentu memiliki pendapat berbeda dalam menentukan ide, hingga akhirnya mereka memutuskan turun ke lapangan, yaitu ke masing-masing provinsi untuk observasi dan ditemukan bahwa matematika mendapatkan peringkat tertinggi sebagai mata pelajaran yang paling sulit.
Salah satu contoh bagaimana prototypo Alat Peraga Math is Fun (Goldi/Lets talk UBTV)
“Jadi kita satukan semangat dan kolaborasi tim untuk membuat matematika dalam alat peraga. Untuk komunikasi dengan teman-teman dari berbagai universitas, kita pake gmeets atau zoom,” bebernya.
Sedangkan, dalam merealisasikan project tersebut, Zulfikar menjelaskan bahwa tim dibagi menjadi 2 divisi, yaitu divisi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kedua divisi ini mengerjakan desain administrasi dan menyusun kurikulum SD dalam sebuah tape. Sedangkan, untuk tim di Jabodetabek, mereka mendapatkan tugas dalam merealisasikan inovasi.
Inovasi yang mereka rancang adalah alat peraga menggunakan metode design thinking. Alat peraga ini dalam bentuk matras yang digunakan seperti pada umumnya, yaitu diinjak. Namun, matras dalam MAFUN ini dikolaborasikan dengan teknologi. Jadi, jika matras diinjak maka sensornya akan terhubung dengan audio yang memunculkan soal.
Alat Peraga Math is Fun yang menjawab tantangan guru dalam mengajar Matematika (Goldi/Lets talk UBTV)
“Maka, si anak sambil menginjak matras juga sambil menjawab soal dan MAFUN ini ukurannya 2 x 3 karena untuk anak-anak dan tujuannya memang sambil bermain,” kata Zulfikar.
MAFUN ini dikombinasikan dari matras yang empuk dengan beberapa bahan dari teknologi seperti Internet of Things (IoT), modul dalam bentuk MP3, kabel, dan wifi hingga aluminum foil.
Dengan adanya alat peraga MAFUN ini diharapkan siswa sekolah dapat belajar matematika dengan menyenangkan dan matematika tidak lagi menjadi mata pelajaran yang sulit. Serta, menjawab tantangan para guru dalam mengajar matematika.(nid)