Kanal24, Malang – Program magang nasional resmi menjadi salah satu prioritas pemerintah Indonesia dalam rangka memperkuat keterhubungan antara dunia pendidikan tinggi dan dunia kerja. Hal itu ditegaskan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto usai menghadiri rapat terbatas yang dipimpin Presiden Prabowo Subianto di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (16/9/2025). Program ini ditargetkan mulai berjalan pada kuartal keempat 2025 dan dilaksanakan serentak di seluruh Indonesia, dengan melibatkan perusahaan swasta maupun Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Skema Link and Match Perguruan Tinggi-Perusahaan
Airlangga menekankan bahwa magang nasional ini diperuntukkan bagi lulusan baru perguruan tinggi atau fresh graduate. Program dijalankan melalui kerja sama “link and match” antara perguruan tinggi dengan dunia usaha. “Perusahaan semuanya bisa, baik swasta maupun milik negara. Akan ada kerja sama langsung yang menghubungkan perguruan tinggi dengan perusahaan-perusahaan tersebut,” jelasnya.
Selain membuka ruang kolaborasi yang lebih luas, program ini juga menjadi bagian dari delapan paket ekonomi yang dicanangkan pemerintah pada 2025. Paket kebijakan tersebut diharapkan mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional sekaligus mengurangi angka pengangguran lulusan perguruan tinggi.
Peserta Dapat Uang Saku Rp 3,3 Juta
Dalam keterangannya, Airlangga menyebutkan bahwa kuota program magang nasional mencapai 20.000 orang. Peserta akan mengikuti masa magang selama enam bulan dengan kompensasi berupa uang saku sesuai Upah Minimum Provinsi (UMP). “Rata-rata, peserta akan mendapatkan Rp 3,3 juta per bulan selama enam bulan masa magang,” kata Airlangga.
Dengan skema ini, pemerintah menargetkan setidaknya 10 persen dari total fresh graduate dapat langsung terserap ke lapangan kerja. Langkah ini sekaligus memberi jaminan finansial awal bagi para lulusan perguruan tinggi sebelum mendapatkan pekerjaan tetap.
Dampak bagi Gen Z dan Kelas Menengah
Ekonom sekaligus Direktur Celios, Nailul Huda, menilai kebijakan magang nasional dengan pemberian uang saku ini dapat meningkatkan pendapatan kelas menengah, termasuk generasi Z yang saat ini tengah menghadapi tingkat pengangguran tinggi. “Program ini memang mampu mendongkrak pendapatan kelas menengah dan gen Z yang sedang menganggur,” ujar Nailul.
Namun, ia juga menyoroti tantangan keberlanjutan program. Setelah enam bulan berakhir, perlu ada jaminan bahwa peserta magang bisa lanjut bekerja atau minimal mendapatkan akses kesempatan kerja yang lebih besar. Tanpa itu, perusahaan dikhawatirkan hanya akan terus mencari tenaga magang baru dengan biaya lebih murah.
Selain itu, ia menekankan perlunya keadilan bagi lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang saat ini tercatat sebagai penyumbang angka pengangguran tertinggi. Padahal, lulusan SMK diproyeksikan untuk langsung siap kerja tanpa harus menempuh pendidikan tinggi.
Sorotan terhadap Anggaran Stimulus
Meski menilai ada poin positif dari kebijakan ini, Nailul mengkritisi besaran anggaran stimulus yang dialokasikan dalam paket kebijakan jilid tiga, yakni sekitar Rp 16,23 triliun. Jumlah ini dianggap lebih kecil dibandingkan dua paket sebelumnya yang sudah menelan biaya Rp 57,5 triliun.
“Dampak dari kedua paket awal saja sudah minim terhadap konsumsi rumah tangga. Pertumbuhan ekonomi di kuartal pertama melambat, dan saya juga meragukan data kuartal kedua. Jadi, dengan anggaran jilid ketiga yang lebih kecil, saya tidak banyak berharap dapat meningkatkan perekonomian secara signifikan,” tegas Nailul.
Meski demikian, ia tetap mengakui adanya nilai strategis dari program magang nasional ini karena mampu memberi pengalaman kerja bagi fresh graduate serta menambah daya beli masyarakat usia muda.
Harapan Implementasi ke Depan
Pemerintah berharap implementasi magang nasional ini dapat berjalan lancar sesuai jadwal. Dengan keterlibatan langsung dunia usaha, program ini diharapkan tidak hanya menjadi jembatan bagi lulusan baru untuk memasuki dunia kerja, tetapi juga menjadi solusi atas kesenjangan kompetensi antara lulusan perguruan tinggi dan kebutuhan pasar tenaga kerja.Airlangga menegaskan, “Magang nasional adalah bagian dari strategi besar pemerintah untuk mencetak SDM unggul. Dengan adanya link and match, kita ingin memastikan bahwa apa yang dipelajari di kampus sesuai dengan kebutuhan industri.” (nid)