Kanal24, Malang – Perhelatan Mahakarya Brawijaya 2022 menandakan festival musik di Universitas Brawijaya kembali meriuh. Di tengah kabut dan udara dingin Kota Batu, penonton berekspresi dengan bernyanyi, bergoyang, dan berkumpul. Semua larut dalam alunan.
Kabut yang menyambut penonton yang datang tak mematahkan semangat siapapun. Musisi Tanah Air dan talent secara bergantian menghibur penonton Mahakarya Brawijaya. Lapangan Kusuma Agrowisata, Kota Batu terisi penuh pada Minggu, (4/12) malam.
Walau sempat hujan, penonton tak patah semangat. Mereka bersiap dengan mengenakan jas hujan ponco disertai penutup sepatu. Tanah lapangan yang semakin membasah pun dibiarkan demi terbawa pada lantunan musik.
Arena Festival digelar di atas lapangan rumput Kusuma Agrowisata, Kota Batu. Tempat penyelenggaraan festival ini tak jauh dari Museum Angkut yang ada di tengah Kota Batu. Akses yang mudah pun tak terlalu menyulitkan penonton yang hendak hadir.
Mahakarya Brawijaya mengangkat tema “Unveil the Brawijaya Dreamsphere”. Tema ini mengandung arti bahwa Mahakarya Brawijaya harus membuka mimpi-mimpi Brawijaya. Mimpi tersebut harus diraih oleh seluruh Brawijaya.
|
Penonton berlomba untuk mendapatkan tempat di depan agar melihat penampilan lebih dekat. (Kanal24/Rafi)
Panggung yang disuguhkan berjumlah satu. Seluruh musisi dan juga penampil secara bergantian menghibur penonton di satu panggung yang sama. Panggung tunggal ini memberikan kesempatan bagi penampil/ talent yang berasal dari mahasiswa Universitas Brawijaya untuk menampilkan karyanya.
Perhelatan Mahakarya Brawijaya ini dimeriahkan oleh 5 musisi Tanah Air. Di antaranya, Wake Up Iris, Lomba Sihir, Iditaf, The Overtunes, dan Yovie and Nuno. Mereka tampil secara bergantian dengan 12 penampil/ talent yang berasal dari mahasiswa UB.
Hujan mereda, kabut pun mulai turun. Jarak pandang yang tak terlalu dekat membuat penonton sedikit kesulitan melihat ke depan. Kabut ini memberikan sensasi berbeda bagi festival musik perdana di Universitas Brawijaya ini.
Perhelatan ini dimulai pukul 16.00. Duo folk Wake Up Iris menjadi penampil pembuka dalam festival ini. Vania, sebagai salah satu personilnya memainkan biola dengan sangat meriah. Dengan mengenakan baju berwarna hitam dan merah ia tampil dengan sangat berenergi.
Suasana dingin pun terasa menusuk. Berkenaan pula dengan tempat penyelenggaraan acara yang berada di Kota Wisata Batu. Tentunya suhu udara yang rendah turut menyambut siapa pun yang datang.
Festival musik ini dilengkapi dengan berbagai fasilitas. Mulai dari bazar makanan dan minuman, toilet, posko kesehatan, sampai dengan musholla. Pengunjung tak hanya disuguhi penampilan di panggung saja, tetapi juga bisa berkeliling ke bazaar yang ada.
Tak jauh dari panggung, deretan gerai makanan siap mengisi perut penonton yang lapar. Beragam macam makanan disediakan. Harga makanan sesuai dengan standar pelaksanaan festival musik.
Fasilitas kesehatan yang disediakan berupa tenda disertai dengan petugas medis dan alat kesehatan P3K yang ada. Mereka siap memberikan pertolongan jika ada penonton yang sakit.
Salah satu musisi Tanah Air yang memeriahkan festival musik ini ialah Idgitaf. Mengenakan baju putih dan topi cabaret merah muda, dengan antusias ia menghibur seluruh penonton. Sebanyak 4 karya musik miliknya dibawakan kepada penonton.
Grup band Lomba Sihir dalam kemeriahan Mahakarya Brawijaya. (Kanal24/Farhan)
Sebelum Idgitaf menaiki panggung, MC meminta penonton untuk bersama-sama memanggil. “Idgitaf, Idgitaf, Idgitaf,” teriak MC diikuti oleh penonton. Sontak, penyanyi asal Jakarta ini langsung hadir di panggung. Riuh teriakan dan kehebohan penonton pun semakin menjadi.
Lagu yang pertama dibawakan berjudul “Hal Indah Butuh Waktu Untuk Datang”. Penonton terbawa dalam aliran lagu. Ditambah dengan alunan bass, gitar, dan drum yang semakin memberikan kesan hangat untuk lagu ini.
Idgitaf menutup penampilannya dengan lagu yang paling terkenal miliknya, “Takut”. Sebelum memainkan lagu ini, Idgitaf menyapa penonton terlebih dahulu. “Siapa di sini yang sering merasa takut menjadi dewasa?,” celotehnya. Penonton membalas dengan teriakan “aaa”. Energi yang dibawakan olehnya tersampaikan pada penonton.
Semakin malam, Lapangan Kusuma Agrowisata Batu bertambah ramai. Kabut yang awalnya menutupi pandangan perlahan mulai hilang. Suasana festival ini semakin hangat bagi siapapun yang ada. Penampilan dari penampil/ talent yang berasal dari mahasiswa UB pun juga turut meramaikan.
Beberapa penampilan yang memukau ialah UKM Unitantri. Penampilan yang dibawakan berupa tari jaranan, tari topeng, dan juga reog ponorogo. Penonton dipukau dengan kesenian khas Indonesia ini. Sepasang reog yang sangat besar nyatanya mampu dinaikkan ke atas panggung.
Tak hanya UKM Unitantri, penampilan Marching Band UB juga menghibur penonton yang hadir. Seluruh penonton dipukau dengan seragam dan juga seluruh peralatan marching band. Konduktor memandu keseluruhan personil dengan apik.
Antusiasme akan Mahakarya Brawijaya pun berdatangan. Salah satunya seorang mahasiswa bernama Fatih. Ia datang jauh dari ITS Surabaya. “Aku diajak sama pacar nonton Mahakarya. Pas lihat musisinya aku langsung tertarik,” tutur mahasiswa semester 5 ini.
Tak sendirian, Fatih datang bersama kekasih dan juga temannya. Ia berniat untuk menonton keseluruhan guest stars. Fatih dan temannya akan melepas penat selama perkuliahan berlangsung. “Ya untuk hiburan lah,” ujarnya saat ditemui di dekat panggung.
Fatih juga menyampaikan bahwa ini merupakan kali pertama menonton festival musik di daerah pegunungan. “Pas sampai benar-benar berkabut dan udaranya sangat dingin,” ujarnya. Kabut yang menyambut pun menjadi pengalaman pertama yang ia rasakan dan tentunya sangat menarik. “Ini experience yang baru banget,” katanya
Selain Fatih, penonton lain yang ditemui juga menyampaikan antusiasmenya. Salah satunya Della, berasal dari Universitas Muhammadiyah Malang. Della datang bersama seorang kawannya. Tanpa menunggu lama, pukul 14.00 WIB ia sudah berangkat dari indekosnya.
“Datang kesini khususnya mau nonton The Overtunes sih,” tuturnya. Tak menutup kemungkinan Della juga akan menonton guest stars lain, seperti Yovie and Nuno dan Idgitaf. Kedatangan Della dan kawannya menjadi bukti bahwa Mahakarya Brawijaya juga diminati oleh mahasiswa selain UB terlebih lagi masyarakat umum.
Persiapan demi persiapan juga sudah dilakukan oleh Della. Menyiapkan jas hujan, makan yang cukup, dan minum vitamin sudah disiapkan olehnya. “Minum vitamin biar nanti kuat pas nyanyi dan joget,” jelasnya saat ditemui di depan panggung.
Saat ditemui, Bella dan kawannya sudah mengenakan jas hujan. Mereka bersiap karena gerimis sudah mulai turun. Penonton lain pun sudah terlihat bersiap dengan jas hujan dan penutup sepatu yang dikenakannya. “Semoga sampai akhir acara tetap kondusif,” tutup Bella.
Untuk mengurangi rasa lelah, sebagian penonton duduk-duduk di atas rumput. Kondisi rumput yang basah tak dihiraukan lagi. Mereka duduk dengan beralaskan jas hujan plastik yang dibawanya. Duduk seadanya dengan alas seadanya pula.
Duo Folk Wake Up Iris sedang menunjukkan karya lagunya. (Kanal24/Farhan)
Penampilan demi penampilan ditutup dengan Yovie and Nuno. Mereka tampil mengenakan kemeja hitam. Grup band yang beranggotakan 4 personil ini berada pada urutan terakhir penampilan. Semakin malam, suasana semakin ramai. Udara yang dingin terkalahkan oleh kehangatan penonton di depan panggung.
Pada kesempatan ini, Yovie and Nuno membawakan 9 karya lagu. Mereka bernyanyi dengan iringan dari penonton. Semangat dan energi dari kedua vokalis, Adhyra dan Chico, semakin membakar keriuhan dari penonton.
Antusiasme penonton sangat tinggi pada lagu “Merindu Lagi”. Lagu yang diciptakan pada tahun 2010 ini masih popular di kalangan sekarang. Yovie and Nuno dan penonton saling bersahut-sahutan.
“Tuhan tolong aku ingin dirinya
Rindu padanya, memikirkannya
Namun mengapa saat jatuh cinta
Sayang sayang
Sayang sayang”
Sontak penonton berteriak “dia ada yang punyaaa”
Mahakarya Brawijaya tentunya merupakan festival musik perdana di Universitas Brawijaya. Festival musik ini merupakan program kerja milik Eksekutif Mahasiswa Universitas Brawijaya (EM UB) tahun 2022. Proker ini berada di bawah naungan Kementrian Porseni. Tak hanya musisi Tanah Air, mahasiswa UB juga diberikan ruang untuk menampilkan karya terbaiknya. (raf)