Kanal24, Kediri – Limbah peternakan, khususnya kotoran hewan, sering kali dianggap sebagai sumber masalah lingkungan. Namun di tangan mahasiswa Universitas Brawijaya Kediri, limbah tersebut justru menjadi solusi. Lewat pelatihan yang digelar pada Sabtu, 27 Juli 2025 di Dusun Mangiran, Desa Lamong, Kecamatan Badas, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Kelompok 17 memberikan edukasi pengolahan limbah kotoran domba menjadi pupuk organik yang ramah lingkungan.
Kegiatan ini mengangkat tema Pengolahan dan Penerapan Kotoran Domba sebagai Pupuk Organik Cair (POC) serta Pupuk Organik Padat (POP) dalam Menangani Penumpukan Limbah Peternakan, dan menyasar Kelompok Pemuda 27 sebagai peserta utama. Pelatihan berlangsung di rumah salah satu warga, Bapak Khusnul, dan turut mendapat apresiasi dari Dr. Moh. Sofi’ul Anam, S.Pt., M.Sc., dosen dari Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada.
Baca juga:
Mahasiswa UB Hidupkan Budidaya Lele Galon Hemat Air

Mendorong Pertanian Lebih Mandiri dan Berkelanjutan
Ketua pelaksana kegiatan, Hariska Devi Novia, menjelaskan bahwa program ini bertujuan memberikan alternatif solusi terhadap penumpukan kotoran domba yang selama ini hanya dibuang. Melalui pelatihan ini, mahasiswa mengenalkan pengolahan limbah menjadi dua jenis pupuk, yakni POP dan POC.
“Kami ingin mengurangi ketergantungan petani pada pupuk kimia dan mendorong penggunaan pupuk alami yang lebih aman bagi tanah dan lingkungan,” ujar Debryan, pemateri pelatihan.
Belajar Fermentasi Pupuk dari Kandang ke Ladang
POP (Pupuk Organik Padat) dibuat melalui fermentasi kotoran domba dengan campuran EM4, molases, dan kapur dolomit, sedangkan POC (Pupuk Organik Cair) dihasilkan lewat fermentasi tertutup selama 14 hari, lalu dicampur air bersih sebelum digunakan.
Pelatihan berlangsung interaktif. Peserta tidak hanya menyimak pemaparan materi, tetapi juga terlibat langsung dalam proses pembuatan pupuk. Beberapa peserta bahkan mengaku tertarik untuk mencoba metode ini di rumah masing-masing.
“Selama ini kotoran domba hanya kami buang. Ternyata bisa diolah jadi pupuk yang bermanfaat,” ungkap Burhan, salah satu peserta pelatihan.
Wujudkan SDGs Lewat Pertanian Ramah Lingkungan
Program ini sejalan dengan upaya pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), terutama:
SDG 12: Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab
SDG 15: Pelestarian Ekosistem Darat
Melalui penggunaan pupuk organik, masyarakat tidak hanya menjaga kesuburan tanah, tetapi juga mengurangi dampak negatif penggunaan bahan kimia bagi lingkungan.
Baca juga:
UB Tuan Rumah SEA-Teacher se-Asia Tenggara
Harapan untuk Desa-desa Lain
Di akhir kegiatan, mahasiswa berharap pelatihan ini bisa menginspirasi desa-desa lain agar lebih peduli dalam mengelola limbah peternakan secara mandiri. Selain berdampak positif bagi lingkungan, cara ini juga dapat mengurangi beban petani dalam pengeluaran pupuk.
“Harapan saya, program seperti ini bisa diterapkan di desa-desa lain agar masyarakat lebih peduli terhadap limbah kotoran hewan dan pertanian Indonesia menjadi lebih mandiri, sehat, dan berkelanjutan,” ujar Hariska Devi Novia. (han)