Kanal24, Malang – Potensi buah lokal sering kali terabaikan karena dianggap tidak bernilai saat tidak layak jual. Salah satunya adalah buah belimbing di Desa Argosuko, Poncokusumo, Kabupaten Malang, yang umumnya hanya dimanfaatkan sebagai minuman atau dikonsumsi langsung. Melalui program Mahasiswa Membangun Desa (MMD), mahasiswa Universitas Brawijaya hadir dengan inovasi olahan pangan berupa abon belimbing, sebagai upaya mendukung ketahanan pangan, pengurangan limbah pertanian, serta pemberdayaan ekonomi rumah tangga berbasis potensi lokal.
Kegiatan sosialisasi dan pelatihan pengolahan buah belimbing menjadi abon dilaksanakan pada Kamis (10/07/2025) di Posko MMD Kelompok 24, Dusun Wangkal Kidul, Desa Argosuko. Kegiatan ini melibatkan 12 ibu rumah tangga sebagai peserta aktif, serta kolaborasi antar mahasiswa dari Fakultas Ilmu Kesehatan dan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Selain memperkenalkan produk inovatif, kegiatan ini juga memberikan edukasi mengenai kandungan gizi buah belimbing, seperti kalium, posfor, vitamin C, dan serat yang bermanfaat untuk menjaga tekanan darah dan kesehatan jantung.
Baca juga : Mahasiswa UB Kenalkan Olahan Belimbing untuk Cegah Hipertensi di Argosuko
Abon Belimbing, Inovasi dari Hasil Pertanian Tak Layak Jual
Tarisma Desti Milasari, mahasiswa Fakultas Pertanian UB sekaligus penggagas program, menjelaskan bahwa abon belimbing dikembangkan sebagai solusi pemanfaatan belimbing yang tidak layak jual, terutama hasil dari proses fruit thinning. “Tujuan utama kami bukan hanya memperkenalkan inovasi produk baru, tapi juga menciptakan kesadaran bahwa potensi buah lokal bisa menjadi sumber ekonomi bagi masyarakat, khususnya ibu-ibu rumah tangga,” ungkap Tarisma.
Produk abon belimbing ini diproses dengan bumbu khas yang menghasilkan cita rasa gurih-manis, sehingga dapat menjadi alternatif olahan pangan lokal yang unik. Selama pelatihan, peserta diajak terlibat aktif dalam seluruh tahapan produksi, mulai dari pemilihan bahan, pengolahan, hingga pengemasan produk.

Antusiasme warga Dusun Wangkal Kidul terlihat jelas dari keaktifan mereka selama proses praktik. Salah satu peserta mengaku awalnya merasa heran bahwa belimbing bisa diolah menjadi abon. “Awalnya saya aneh waktu mendengar, karena taunya kalau belimbing biasanya hanya dibuat minuman atau sirup yang manis-manis saja, dan baru tau kalau ternyata bisa dibuat menjadi abon,” ungkapnya.
Mendorong Ekonomi Desa dan Ketahanan Pangan
Program ini tidak hanya bertujuan meningkatkan keterampilan teknis warga, tetapi juga menjadi sarana edukasi mengenai pentingnya nilai tambah hasil pertanian sebagai strategi peningkatan ekonomi rumah tangga. Tim mahasiswa MMD Kelompok 24 juga mendampingi warga dalam pengemasan produk serta menjelaskan peluang usaha berbasis potensi desa.
Dosen pembimbing lapangan, Fitriana Rakhma Dhanias, SE., MSA., Ak., CFP, turut mendukung penuh kegiatan ini sebagai bagian dari kontribusi perguruan tinggi dalam pembangunan desa. Program ini juga selaras dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals / SDGs), khususnya poin tentang ketahanan pangan, pengembangan ekonomi desa, dan pengolahan hasil pertanian secara berkelanjutan.
Dengan sinergi antara mahasiswa dan masyarakat, abon belimbing diharapkan dapat menjadi produk unggulan yang memperkuat identitas pangan lokal sekaligus memberikan nilai tambah ekonomi bagi masyarakat Desa Argosuko.(Din/Trm)