KANAL24, Malang – Selama ini cara umum yang digunakan masyarakat dalam menangani penyakit Mastitis pada sapi perah berupa penggunaan antibiotik. Namun, penggunaan antibiotik ini dapat menimbulkan efek negatif yaitu terbentuknya galur-galur mikroba yang resisten serta adanya residu antibiotik yang dapat merugikan peternak, industri pengolahan susu serta konsumen.
Lima mahasiswa lintas ilmu dari Universitas Brawijaya, yakni Elfahra Casanza (Pendidikan Kedokteran Hewan), Delia Dwi Novrianti (Teknik Elektro), Rofi Sanjaya (Teknik Elektro) dan Irfan Nadhif (Teknik Mesin) melalui PKM Karsa Cipta menciptakan metode alternatif berupa teknologi pemanfaatan plasma termal sebagai terapi penyakit mastitis pada sapi perah.
Teknologi plasma non termal ini dinilai mampu melakukan dekontaminasi mikroorganisme dengan memanfaatkan gas yang terionisasi dalam lucutan listrik antara dua elektroda tanpa menimbulkan kerusakan jaringan kulit.
Farah Alhamidah selaku Ketua Tim mengatakan penciptaan teknologi ini dilatarbelakangi oleh tingginya kasus penyakit mastitis pada sapi perah hingga berakibat terjadinya penurunan produksi susu harian mencapai 28,4 persen – 53 persen atau dapat menurunkan penghasilan para peternak sebesar Rp 6.160.000 – Rp 11.620.000 per hari per KUD.
“Teknologi pemanfaatan prinsip plasma non termal sebagai solusi dalam dekontaminasi Staphylococcus aureus penyebab mastitis subklinis tanpa menggunakan antibiotik, sehingga tidak menimbulkan efek resisten dan tidak meninggalkan residu antibiotik dalam susu.
Teknologi ini dinilai sangat efektif dan aman diaplikasikan pada ambing ternak perah karena suhunya yang tidak panas serta tidak menimbulkan kerusakan pada jaringan kulit. Sehingga diharapkan teknologi ini dapat menjadi metode alternatif solutif dekontaminasi bakteri S. aureus penyebab mastitis sublikinis tanpa menggunakan antibiotic,” tandas Farah. (Meg)