Kanal24, Malang – Taman Pinggir Gawan (TPG) di Desa Pilanggede kini tampil dengan wajah baru. Berkat sentuhan kreatif Kelompok 47 Mahasiswa Membangun Desa (MMD) Universitas Brawijaya 2025, ruang publik ini bertransformasi menjadi TPG Living Gallery, sebuah konsep galeri hidup yang mengintegrasikan seni, edukasi, dan ekologi.
Program ini digagas oleh Nugrahati Era Tasya Wardani, mahasiswa Arsitektur Fakultas Teknik UB, dengan pendekatan ecological art dan visualisasi spasial berbasis teknologi. TPG Living Gallery menghadirkan dua agenda utama: Workshop Ecosculpture dan Redesain Peta Wisata TPG, yang mengedepankan partisipasi warga, khususnya generasi muda, dalam pengembangan ruang publik yang berkelanjutan.
Baca juga:
Mahasiswa UB Edukasi Warga Losari Kelola Limbah Jadi Usaha

Ecological Art: Kreativitas dari Limbah untuk Edukasi
Ecological art merupakan seni yang memadukan estetika dengan kesadaran lingkungan melalui pemanfaatan material ramah lingkungan atau hasil daur ulang. Salah satu bentuknya adalah ecosculpture, instalasi tiga dimensi yang memanfaatkan limbah plastik untuk menciptakan karya seni bernilai edukatif.
Pada Rabu (16/07/2025), Kelompok 47 menggelar Workshop Ecosculpture di SDN Pilanggede, Balen, Bojonegoro. Siswa-siswi diajak mengolah botol plastik bekas menjadi instalasi seni edukatif yang kemudian dipasang di area perpustakaan sekolah. Botol plastik dipilih sebagai medium utama karena menjadi salah satu limbah yang paling sulit terurai secara alami.
“Kami ingin mengubah cara pandang anak-anak terhadap sampah. Sesuatu yang dianggap tak berguna bisa menjadi karya indah sekaligus media pembelajaran lingkungan,” ujar Tasya.
Kepala SDN Pilanggede, Nyoto Mahendro, S.Pd., turut mengapresiasi langkah ini. Menurutnya, instalasi ecosculpture memberi pengalaman belajar langsung bagi siswa tentang pentingnya menjaga lingkungan.
Visualisasi Spasial: Peta Interaktif untuk TPG
Kegiatan kedua adalah Redesain Peta Wisata TPG dengan teknologi pemodelan 3D menggunakan SketchUp dan rendering realistis via D5 Render. Hasilnya adalah peta yang informatif, estetis, dan mudah dipahami semua kalangan, termasuk anak-anak.
Peta animasi 3D tersebut dipublikasikan secara terbuka di media sosial, sehingga informasi wisata TPG dapat diakses siapa saja. Penyerahan peta dilakukan pada Sabtu, 19 Juli 2025 kepada perangkat desa sebagai bentuk pelibatan generasi muda dalam pelestarian ruang publik.
“Ruang publik harus dapat diakses dan dipahami semua kalangan. Peta ini tidak hanya penunjuk arah, tetapi juga membangun kesadaran ekologis,” tambah Tasya.

Baca juga:
Ecoprint dan PlantNet Warnai Edukasi Lingkungan di Lumajang
Dampak dan Dukungan
Program ini dibimbing oleh Dr. Candra Dewi, S.Kom., M.Sc., dan mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) poin 8, 11, 12, 13, 14, dan 15. Kepala Desa Pilanggede, Yaskun, menyatakan bahwa inisiatif ini membawa dampak positif, bukan hanya secara estetika tetapi juga sebagai media edukasi lingkungan.
Dengan tagline “From waste to art, from map to message”, TPG Living Gallery menjadi bukti bahwa desain kolaboratif mampu menghadirkan ruang publik yang inspiratif, reflektif, dan transformatif. (nid)