Kanal24, Malang – Di tengah tuntutan agar perguruan tinggi tidak hanya menjadi menara gading, mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) kembali menunjukkan kiprahnya lewat Mega Ekspedisi Brawijaya (MEB) 2025 bertajuk “Ekspedisi Bedaya, Brawijaya Berdampak.” Kegiatan ini resmi dilepas pada Kamis (11/9/2025) di Ruang Jamuan lantai 6 Gedung Rektorat UB.
Program yang digagas Eksekutif Mahasiswa (EM) UB bidang Sosial dan Masyarakat ini menegaskan komitmen mahasiswa untuk menghadirkan kampus yang benar-benar berdampak bagi masyarakat. Tahun ini, tim berangkat ke Desa Bari, Nusa Tenggara Timur, dengan membawa misi utama menyusun master plan pembangunan desa untuk 10–20 tahun ke depan.
Kampus Berdampak, Bukan Sekadar Slogan
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Dr. Setiawan Noerdajasakti, S.H., M.H., menekankan bahwa MEB menjadi wujud nyata pengabdian mahasiswa UB sesuai program Kampus Berdampak dari Kemendikbudristek.

“Ekspedisi ini menunjukkan bagaimana mahasiswa betul-betul turun tangan menghadirkan manfaat langsung bagi desa. Masterplan pembangunan yang disusun bukan hanya untuk dokumentasi, tetapi benar-benar akan dirasakan masyarakat,” ujarnya.
Ia menambahkan, manfaat ekspedisi ini tidak hanya bagi desa, tetapi juga bagi mahasiswa karena menjadi ruang pembelajaran soft skill yang relevan dengan kehidupan pasca-kampus.
Inklusif dan Berkelanjutan
Presiden EM UB 2025, Azka Rasyad Alfatdi, menjelaskan MEB telah berjalan tiga tahun berturut-turut sebagai proyek utama mahasiswa UB dalam pengabdian.
“Kami ingin menunjukkan bahwa Tri Dharma perguruan tinggi, khususnya pengabdian masyarakat, harus berkelanjutan, bukan berhenti pada satu proyek. Tahun ini, fokus kami adalah penyusunan masterplan pembangunan desa agar arah pembangunan di Desa Bari lebih jelas dan terukur,” tegasnya.

Azka menambahkan, ke depan MEB diharapkan bisa menjadi pemantik bagi kampus lain di Indonesia untuk menciptakan model pengabdian yang sistematis dan berkesinambungan.
Merangkul Pemuda Nusantara
Sementara itu Ketua Pelaksana MEB, Muhammad Alif Al Banna, menuturkan bahwa tahun ini ekspedisi lebih inklusif dengan melibatkan pemuda dari berbagai daerah di Indonesia. Dari 200 pendaftar yang mendaftar sebagai relawan, lima terbaik dipilih untuk ikut bergabung bersama tim UB.

“Total tim ada 17 orang, terdiri dari mahasiswa EM UB, delegasi Universitas Timor, dan relawan terpilih dari seluruh Indonesia. Konsep ini membuktikan UB terbuka untuk bersinergi lebih luas,” jelasnya.
Alif menambahkan, output kegiatan tidak hanya berupa masterplan pembangunan desa, tetapi juga meliputi data kesehatan masyarakat, plang penunjuk arah wisata budaya, serta program literasi pendidikan yang diharapkan berkelanjutan. “Kami ingin dampak ekspedisi ini benar-benar terasa, bukan hanya sebatas program sekali jalan,” pungkasnya.(Din)