KANAL24, Malang – Ajang Malang Got Culture Talent 2021 (MGCT) merupakan ihtiar dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan untuk menjaga budaya malangan dan mencari bibit-bibit baru seniman di Kota Malang. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Malang, Suwarjana, SE,MM mengatakan bahwa ajang MGCT terdiri dari empat lomba yaitu Tari Tradisional, Cipta Kreasi, Jula Juli dan Cover lagu dengan alat musik tradisional.
“Ini ihtiar kita untuk menjaga budaya dan juga mencari bibit-bibit baru dalam dunia seni budaya di Kota Malang,” kata Suwarjana.
Untuk menjaga kualitas dari event bergengsi ini pihak dinas menurut Suwarjana menggandeng juri yang memiliki kredibilitas, kapasitas yang mumpuni dalam bidangnya.
Suroso cucu maestro tari topeng Mbah Karimun (screenshot UBTV)
“Juri kami ambil dari Dewan Kesenian Malang, pelaku seni budaya, dosen musik dan tari dari UM sehingga nantinya mereka dapat melakukan penilaian dengan baik dan berbobot,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang berbeda juri tari yakni Endah Catur Lestariningdyah dan Tri Wahyuningtyas mengatakan bahwa aspek wilaga, wirama dan wirasa dalam membawakan tarian baik tradisi maupun kreasi akan menjadi perhatian mereka.
“Tari tradisi sudah pakem namun kemampuan membawakan secara teknik, bentuk keindahan dan interpretasi penari akan menjadi fokus kami,” ujar Endah.
Endah Catur dan Tri wahyuningtyas juri tari tradisional MGCT 2021 (screenshot UBTV)
Begitu pula dalam kategori jula juli yang merupakan parikan khas ludruk Jawa Timuran. Cak Suwito yang merupakan pemain ludruk kawakan dan Hartono dosen sastra UM akan menjadi juri kategori jula-juli.
“Jula juli dalam ajang ini meruapakn kidungan yang bukan bercanda, bukan dalam rangka melawak namun merupakan jula juli yang seharusnya sesuai pakem. Saya senang dengan lomba ini karena ini betul-betul melestarikan budaya,” ujar Cak Suwito.
Untuk kategori cipta kreasi, Dinas Pendidikan da Kebudayaan Kota Malang juga menghadirkan juri yang merupakan cucu dari legenda tari topeng malang Mbah Karimun. Suroso yang saat ini mewarisi ilmu Mbah Karimun dalam bidang tari topeng mengatakan cipta kreasi ini merupakan inovasi baru agar dunia tari tidak monoton dan mampu beradaptasi dengan jaman.
“Kategori cipta kreasi ini menarik karena akan memunculkan jenis kreasi baru yang saya pikir merupakan terobosan agar tari tidak monoton,” ujarnya.
Senada dengan Suroso, juri kategori cover lagu dengan alat musik tradisional yakni Bobi Nugroho dan Hadrianus Anang dari DKM menilai cover lagu dengan alat musik tradisional merupakan media komunikasi agar kesenian tradisional dapat dimengerti oleh generasi muda saat ini.
“Ini bagus sebagai media antara ya menurut saya agar alat musik tradisional juga dimengerti oleh anak muda dan dapat bersinergi dengan musik kekinian,” pungkas Bobi. (sdk)