KANAL24, Malang – Inovasi hasil riset membutuhkan biaya yang tidak sedikit ketika akan dihilirisasi. Biaya yang tidak kecil ini tentu akan sulit jika dibebankan kembali kepada peneliti. Untuk itu di Malaysia mengembangkan ekosistem pendanaan untuk mempromosikan hasil inovasi.
Pernyataan tersebut diungkapkan oleh Dr. Yeoh Fei Yee dari University Sains Malaysia pada ajang ICIT 2021, Senin (30/8/2021). Menurutnya promosi inovasi di Malaysia dilakukan oleh Kementerian Pendidikan Tinggi dan Kementerian Sains Teknologi dan Inovasi sebagai leading sektor dengan didukung oleh Malaysian Global Inovation & Creative Centre (Magic), Cradle, MDEC dan MDV.
“Pada prakteknya di Malaysia promosi inovasi dilakukan sinergi antara Kementerian Pendidikan Tinggi, Kementerian Sains Teknologi dan Inovasi serta Lembaga mitra Magic lainnya,” kata Yeoh.
Pemerintahnya memiliki beberapa program untuk mendukung pengembangan innovator muda seperti Young Scientist Network, The Youngmaker Program dan beberapa program lainnya sebagai wadah bagi innovator.
Baca juga:
LPPM UB Award Bentuk Apresiasi Kepada Peneliti dan Pengabdi Masyarakat
“Program ini bertujuan menjaring innovator muda untuk melakukan inovasi,” imbuhnya.
Hasil dari inovasi tersebut seperti startup kemudian akan dipromosikan kepada investor maupun komunitas lainnya melalui Malaysian Global Inovatioan and Creative Centre.
Jika di Indonesia dikenal dengan pentahelixnya maka di Malaysia mengembangkan Quadruple Helix Model for Innovation yang merupakan kolaborasi antara Pemerintah, Universitas, Industri dan Komunitas.
Ajang ICIT 2021 yang digelar oleh LPPM UB pada tahun ini menyajikan tema dan sharing praktek hilirisasi diberbagai negara dengan tujuan agar para peneliti di UB memahami praktek proses hilirisasi hasil riset sesuai kebutuhan pasar. (sdk)