Malang, Kanal24 – Teknologi kecerdasan buatan (AI) dan otomatisasi kini menjadi tulang punggung berbagai industri, termasuk industri otomotif global. Namun, penerapan teknologi ini tidak semata-mata hanya soal kemutakhiran teknologi, melainkan bagaimana teknologi tersebut benar-benar sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Hal ini ditegaskan oleh Triatmoko Kushidayat, Manager of Assembly Production I PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia, dalam acara Tech Talk: Engineering for the Future yang digelar oleh Fakultas Teknik Universitas Brawijaya.
Dalam paparannya, Triatmoko mengingatkan pentingnya lulusan teknik memahami fondasi dasar keilmuan mereka sebelum mengadopsi teknologi canggih seperti AI dan otomatisasi. “AI dan otomatisasi memang harus diterapkan, tetapi kita juga harus melihat apakah teknologi itu benar-benar sesuai dengan permasalahan di lapangan. Jika sesuai, jalankan. Jika tidak, cari alternatif lain. Dasarnya adalah setiap perbaikan tidak selalu harus mahal,” tegasnya.
Kesiapan Dasar Adalah Kunci
Triatmoko menekankan bahwa lulusan teknik harus membangun kepercayaan diri dan kekuatan berpikir yang stabil ketika menghadapi tantangan di dunia kerja. “Fresh graduate sering kali kurang percaya diri, padahal sebenarnya mereka mampu. Dunia industri membutuhkan orang-orang yang mau berpikir dan mampu berpikir stabil saat menghadapi tantangan,” ujarnya di hadapan ratusan mahasiswa Fakultas Teknik UB.
Ia juga menyoroti pentingnya pemahaman terhadap dasar-dasar keilmuan teknik, seperti fungsi relay dalam teknik elektro atau ergonomi dalam teknik industri. “Fondasi dasar adalah hal yang terpenting. Jangan sampai kita hanya tahu teori canggih tanpa memahami hal mendasar yang justru menjadi kunci perbaikan dan efisiensi,” tambahnya.
Baca juga : Tech Talk FT UB Bahas Lulusan Teknik di Era Otomasi
Tiga Pilar Utama: Skill, Wawasan, dan Kecerdikan
Triatmoko menekankan pentingnya tiga pilar utama yang harus dimiliki oleh lulusan teknik agar dapat bersaing di dunia industri: skill, knowledge, dan kecerdikan. Ketiga pilar ini, menurutnya, menjadi fondasi penting dalam menghadapi tantangan era otomatisasi dan kecerdasan buatan (AI).
Skill, jelas Triatmoko, adalah keterampilan teknis yang diperoleh melalui perkuliahan atau pelatihan. Namun, keterampilan ini perlu diakui secara formal untuk meningkatkan kepercayaan diri dan kredibilitas di dunia kerja. “Pengakuan skill menjadi bukti bahwa kita memiliki kompetensi,” ujarnya.
Selanjutnya, knowledge atau wawasan menjadi aspek tak kalah penting. Ia menekankan bahwa lulusan teknik harus terus memperluas pengetahuan mereka melalui pengamatan, pembelajaran, dan eksplorasi. “Lihatlah dunia luar, pahami kelebihan dan kekurangan yang ada, serta ambil pelajaran dari sana,” tambahnya.
Pilar terakhir adalah kecerdikan, yaitu kemampuan untuk mengolah pengetahuan dan keterampilan menjadi solusi yang kreatif dan inovatif. “Kecerdikan adalah bagaimana kita mengolah apa yang kita miliki untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat dan relevan dengan kebutuhan industri,” jelasnya lebih lanjut.
Triatmoko juga mengingatkan mahasiswa untuk terus mengembangkan ketiga pilar tersebut secara berimbang dan menyesuaikan dengan kebutuhan industri tempat mereka berkarir. Hal ini, menurutnya, menjadi kunci untuk tetap relevan dan unggul di tengah dinamika global yang terus berubah.
Tech Talk ini menjadi bagian dari upaya Fakultas Teknik UB untuk memperkuat kolaborasi antara dunia pendidikan dan industri. Dekan Fakultas Teknik UB, Prof. Ir. Hadi Suyono, ST., MT., Ph.D., IPU., ASEAN Eng., sebelumnya menyatakan bahwa acara seperti ini bertujuan membekali mahasiswa dengan wawasan praktis dari para profesional.(Din/Sur)