KANAL24, Jakarta – Pemerintah terus mendorong sektor industri manufaktur khususnya makanan dan minuman (mamin) untuk lebih ekspansif dalam melakukan ekspor. Salah satu yang dianggap berpotensi besar bisa meningkatkan pengiriman produk ke luar negeri adalah Mayora Group atau PT Mayora Indah Tbk (MYOR).
Mayora merupakan salah satu eksportir terbesar nasional yang memiliki lebih dari 80 jaringan distributor utama di dunia serta mengekspor ke lebih dari 100 negara. Pada Februari 2020, perusahaan ini telah mengekspor lebih dari 250 ribu kontainer mamin olahan ke berbagai negara. Produk utama Mayora di antaranya mamin olahan dengan merek Kopiko, Torabika, Danisa, Energen, Beng-beng, Malkist, dan Le Mineralle.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kementerian Perdagangan (Kemendag), Kasan Muhri, mengatakan bahwa saat ini pemerintah sedang memetakan peluang dan tantangan bagi industri dalam negeri untuk bisa mengekspor produk andalannya di tengah pandemi covid-19 yang melanda dunia. Diakuinya bahwa sektor industri saat ini sedang menghadapi tantangan yang sangat berat dimana permintaan dunia sedang anjlok.
Tidak hanya itu, sektor industri juga sedang mengalami keterbatasan bahan baku industri lantaran negara-negara pemasok sedang menghadapi persoalan yang sama yaitu covid-19 sehingga memaksa mereka untuk melakukan pembatasan sosial. Untuk itu, Kementerian Perdagangan melalui Direktorat Jenderal menggandeng pelaku usaha mamin bisa mengatasi persoalan tersebut termasuk dengan MYOR.
“Untuk mendapatkan data dan informasi yang akurat di lapangan dalam pemetaan peluang dan tantangan ekspor tersebut, kami akan melakukan kunjungan ke beberapa eksportir utama nasional di Jabodetabek, salah satunya PT Mayora Indah,” ujar Kasan dalam keterangannya, Kamis (4/6/2020).
Kasan juga mengungkapkan, pada 2020 IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia akan mengalami tekanan cukup kuat. Tekanan tersebut diakibatkan pandemi covid-19 yang melanda berbagai negara di dunia termasuk pasar ekspor tradisional Indonesia. Negara tujuan ekspor terbesar Indonesia, seperti Amerika Serikat dan Tiongkok menjadi negara yang terdampak cukup parah.
“Untuk menjaga kinerja ekspor Indonesia tetap tumbuh positif, Kemendag akan membidik peluang baru melalui ekstensifikasi negara tujuan ekspor ke negara-negara di wilayah Timur Tengah, Afrika, dan Amerika Selatan termasuk Eropa,” tutup Kasan.
Sebagai informasi, pangsa pasar ekspor makanan olahan Indonesia di dunia tercatat sebesar 1,20 persen pada 2019. Pada periode tersebut, neraca perdagangan makanan olahan Indonesia mengalami surplus sebesar USD2,27 miliar. Pada 2019, ekspor makanan minuman olahan Indonesia tercatat sebesar USD 4,15 miliar, naik 3,54 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Produk makanan minuman olahan Indonesia dengan nilai ekspor tertinggi pada 2019 yaitu makanan minuman olahan berbasis kopi sebesar USD429,45 juta (10,35 persen). Kemudian olahan ikan sebesar USD411,05 juta (9,91 persen), berbagai jenis makanan olahan sebesar USD390,09 juta (9,40 persen).
Sementara negara tujuan ekspor terbesar produk makanan minuman olahan Indonesia beserta pangsa pasarnya pada 2019 yaitu Filipina sebesar USD779,88 juta (18,80 persen); Amerika Serikat sebesar USD 730,44 juta (17,61 persen), Malaysia USD261,99 juta (6,32 persen), Tiongkok sebesar USD249,00 juta (6 persen) dan Jepang sebesar USD224,60 juta (5,41 persen).(sdk)