Kanal24, Malang – Penyakit kardiovaskular masih menjadi pembunuh nomor satu di dunia, termasuk di Indonesia. Data Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa penyakit jantung menghabiskan biaya penanganan hingga Rp19 triliun per tahun, dengan jumlah pasien mencapai 22 juta orang. Angka ini diperkirakan terus meningkat seiring perubahan pola hidup masyarakat.
Situasi tersebut menegaskan perlunya strategi komprehensif dalam pencegahan, diagnosis, dan penanganan penyakit jantung. Menjawab tantangan ini, Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) menggelar The 24th Malang Cardiovascular Update (MCV Update) berkolaborasi dengan The 14th INAecho – Indonesian Echocardiography Meeting, Jumat (22/8/2025) di Grand Mercure Malang.
Acara yang berlangsung hingga 24 Agustus 2025 ini menghadirkan 983 peserta dari berbagai wilayah, meliputi dokter spesialis jantung, dokter umum, perawat, akademisi, hingga pakar ekokardiografi nasional dan internasional.
“MCV Update kali ini menjadi forum ilmiah sekaligus momentum untuk memperkuat jejaring layanan jantung berbasis standar, inovasi, dan teknologi,” tegas Prof. Dr. Mohammad Saifur Rohman, Sp.JP(K), FIHA, Ketua PERKI Cabang Malang, saat pembukaan acara.
Rilis Buku Standar Layanan Kardiovaskular
Salah satu terobosan penting dalam ajang ini adalah peluncuran buku standar layanan kardiovaskular. Buku ini dirancang untuk menjadi acuan praktik klinis, mengacu pada guideline internasional yang dimodifikasi agar sesuai dengan kondisi fasilitas kesehatan di Indonesia.
“Tujuan utama buku ini adalah memberikan panduan yang seragam bagi tenaga kesehatan, baik di rumah sakit besar maupun fasilitas pelayanan primer. Dengan begitu, pasien bisa mendapatkan pelayanan sesuai standar dan rujukan dilakukan lebih cepat,” jelas Prof. Saifur.
Sebanyak 500 eksemplar buku telah disiapkan untuk didistribusikan kepada jejaring layanan PERKI. Dalam jangka panjang, buku ini akan menjadi pedoman nasional bagi layanan kardiovaskular, termasuk di tingkat puskesmas.

Aplikasi Digital “Detak” untuk Deteksi Dini
Selain buku standar, PERKI juga meluncurkan aplikasi berbasis digital bernama “Detak” yang dapat diunduh secara gratis melalui Play Store. Aplikasi ini dilengkapi dengan fitur pelaporan gejala, edukasi kesehatan, pencatatan tekanan darah, pengingat jadwal minum obat, hingga rekomendasi fasilitas kesehatan terdekat.
“Ini adalah inovasi kami untuk mempermudah masyarakat mengenali risiko penyakit jantung sejak dini. Dengan aplikasi ini, pasien bisa diarahkan ke fasilitas terdekat sehingga tidak terlambat mendapatkan pertolongan. Kami ingin masyarakat tidak hanya mengobati, tapi juga melakukan pencegahan,” ujar dr. Ade Meidian Ambari, Sp.JP(K), Ph.D., Ketua Umum PERKI Pusat.
Aplikasi ini juga diharapkan mendukung program pemerintah dalam preventif dan promotif kesehatan, sejalan dengan upaya mengurangi beban biaya kesehatan akibat penyakit jantung.
Rangkaian Ilmiah dan Kolaborasi Jejaring Nasional
MCV Update 2025 menampilkan rangkaian kegiatan ilmiah yang meliputi 15 workshop, 25 simposium paralel, 4 plenary session, 2 sesi internasional, dan pertemuan bisnis strategis untuk memperkuat jejaring layanan kardiovaskular di Indonesia.
Topik utama yang dibahas mencakup inovasi teknologi diagnostik, pengelolaan pasien dengan penyakit jantung koroner, pemanfaatan ekokardiografi, hingga strategi preventif berbasis komunitas.
“Pemeriksaan ekokardiografi menjadi salah satu penunjang penting untuk menilai struktur dan fungsi jantung, termasuk mendeteksi gangguan akibat penyempitan pembuluh darah,” ungkap Dr. dr. Mefri Yanni, Sp.JK(K), FIHA, FAsCC, pakar ekokardiografi yang hadir sebagai pembicara.
Selain edukasi medis, kegiatan ini juga memperkuat jejaring layanan melalui distribusi buku panduan dan sosialisasi penggunaan aplikasi Detak di tingkat daerah.

Standarisasi Layanan dan Tantangan SDM Spesialis Jantung
Saat ini, Indonesia hanya memiliki 1.933 dokter spesialis jantung yang aktif, padahal idealnya rasio yang dibutuhkan adalah 1 dokter untuk setiap 100 ribu penduduk, atau sekitar 3.000 dokter untuk populasi Indonesia yang mendekati 300 juta jiwa.
“Setiap tahun, kami hanya mampu mencetak 130 hingga 150 dokter spesialis baru. Ini menjadi tantangan besar, sehingga jejaring dan standarisasi layanan menjadi solusi agar kualitas pelayanan tetap terjaga meskipun jumlah tenaga terbatas,” tambah dr. Ade.
Dengan peluncuran buku standar dan aplikasi digital, PERKI berharap pasien jantung di Indonesia dapat ditangani lebih cepat, tepat, dan sesuai protokol klinis, sehingga angka kematian dapat ditekan dan kualitas hidup masyarakat meningkat.
“Kami mengajak seluruh tenaga kesehatan dan masyarakat untuk bersama-sama memanfaatkan inovasi ini demi Indonesia bebas penyakit jantung,” pungkas Prof. Saifur.(Din)