Kanal24, Malang – Realitas hari ini, banyak generasi manapun, baik millennial hingga gen z yang tidak mengemban ajaran Islam sebagai landasan hidup. Akibatnya, mereka mudah tergerus arus modernisasi dan globalisasi yang cenderung membatasi naluri dan keagamaan. Oleh sebab itu, pentingnya membina generasi milenial dan generasi seterusnya untuk melanjutkan misi kemanusiaan Rasulullah yaitu rahmatan lil’alamin.
Dalam Kultum Tarawih Ramadhan pada Masjid Raden Patah Universitas Brawijaya, Drs. Khusnul Fathony, M.Ag., membina generasi milenial tidak terbatas pada retorika dan argumentatif, tetapi harus menggali nilai-nilai dasar yang menjadi sumber ajaran Islam, yaitu al quran dan hadis. Terdapat enam langkah yang bisa dilakukan dalam membina generasi milenial yang rahmatan lil’alamin.
Pertama, generasi milenial harus di didik memiliki salimul aqidah. Artinya, aqidah yang benar, aqidah yang selamat, yang bersih dari segala kemusyrikan, mistik, khurafat dan takhayul. Secara harfiah, aqidah artinya ikatan. Ini berarti, seseorang yang memiliki salimul aqidah adalah orang yang imannya telah memiliki ikatan terhadap nilai-nilai yang datang dari Allah dan Rasul-Nya.
“Salimul aqidah adalah aqidah yang kuat, tidak bersekutu dengan kemusyrikan, kemungkaran, kebatilan, dan kezaliman. Dengan diajarkan salimul aqidah, iman seseorang bisa mencapai syumuliyatul aqidah (ikatan islam yang sempurna).” kata Khusnul.
Yang kedua, shahihul ibadah. Generasi yang akan mengemban rahmatan lil’alamin adalah generasi yang ibadahnya benar, baik secara syar’i sesuai tuntutan Allah dan Rasul-Nya, maupun secara maknawiyah (ibadah yang bersifat ritual menjadi spiritual).
“Nilai-nilai ibadah yang bersifat ritual harus melahirkan spirit (semangat) yang mewarnai perilaku sesudah ibadah. Karena itu, ibadah baru dikatakan shahihul ibadah apabila ibadah ritual dengan sosialnya saling menyatu” tuturnya
Ketiga, membina generasi milenial yang nantinya akan mengemban rahmatan lil’alamin harus memiliki akhlakul karimah. Artinya, akhlak yang terpuji dan mulia, atau norma yang mengatur hubungan antara sesama manusia dengan tuhan dan alam semesta. Untuk mencapai rahmatan lil’alamin, seseorang beretika dan bermoral saja tidak cukup karena antara etika, moral, dan akhlak memiliki standar yang berbeda. Maka dari itu, harus diperkuat dengan akhlak.
“Rahmatan lil alamin hanya bisa diemban oleh seseorang yang berakhlakul karimah. Di antara akhlak, etika, dan moral, yang paling ideal untuk diikuti adalah akhlak karena standarnya alquran dan hadis. Dari sinilah apapun yang diperintah itulah yang harus diikuti dan apapun yang dilarang harus dijauhi.” ujar Khusnul.
Yang keempat, al-amal al-ijtima’i. Generasi yang akan mencapai rahmatan lil’alamin harus mengembankan amal-amal sosia; dan kemanusiaan. Seseorang yang hanya mementingkan dirinya sendiri serta tidak memiliki kepedulian sosial dinyatakan Rasulullah termasuk orang yang tidak beriman kepada-Nya. Maka dari itu, generasi milenial harus memiliki tabiat kemanusiaan yang disebut al-amal al-ijtima’i.
“Di dalam Islam, amal-amal kemanusiaan itu sangat padat, sampai-sampai Rasulullah menjadikan kepedulian sosial itu sebagai barometer iman. Rasulullah bersabda, tidak beriman kepadaku seseorang yang tidur nyenyak karena kekenyangan sedangkan tetangganya tidak bisa tidur karena kelaparan. Dia tahu tetapi tidak mau tau.” ucapnya
Yang kelima, membekali diri dengan qawiyyul ilmi, kekuatan ilmu. Iman seseorang akan kuat kalau diperkuat dengan ilmu. Bahkan, orangtua diberikan amanat yang sangat serius oleh Rasulullah untuk membekali ilmu kepada anaknya kelak.
“Rasulullah bersabda, barangsiapa yang dianugerahi rezeki oleh Allah berupa anak, maka wajib membekali anak itu dengan ilmu dan akhlak. Sesungguhnya allah akan memberikan pertolongan pada orangtua itu. Sebaliknya, barangsiapa orangtua yang meninggalkan anaknya dalam keadaan bodoh, tidak berilmu dan tidak berakhlak, maka setiap dosa yg dilakukan anak, orangtua ikut bertanggungjawab.(HR. Muslim)” jelas Khusnul
Yang keenam, membina generasi milenial yg bertanggung jawab untuk mewujudkan rahmatan lil alamin adalah qawiyyu doa (kekuatan doa). Kekuatan doa telah ditunjukkan kemanjurannya dalam cerita-cerita Nabi terdahulu. Oleh karena itu, generasi harus berkualitas sebagai keturunan yang baik dengan berdoa.
“Nabi Ibrahim dalam setiap doanya tidak pernah lepas untuk mendoakan keturunan-keturunannya menjadi orang-orang yang saleh dan salehah. Sebagai umat Islam, kita harus menjadi keturunan yang baik.” katanya
Di akhir kultumnya, Khusnul berharap semua orang diberikan kekuatan lahir dan batin oleh Allah SWT, sehingga menjadi generasi yang mengemban misi rahmatan lil’alamin. Dengan demikian, meraih kesempurnaan hidup, keselamatan, dan kebahagiaan fiddini waddunya wal akhirah.(rbs)