Semenjak pasca perang salib yang banyak menghabiskan energi dana bahkan jiwa maka kalangan Kristen dan Barat berpikir keras bagaimana cara melemahkan Islam dari dalam, karena apabila Islam dihadap-hadapkan dengan musuh dari luar maka kaum muslimin akan mengerahkan seluruh potensinya bahkan jiwa raganya untuk menghadapi musuh tersebut. Karena dalam islam sangat banyak konsepsi keagamaan yang mendorong umatnya untuk mempertahankan diri dan menghadapi musuh. Konsep-konsep tersebut bahkan menjadi bagian integral dari suatu konsep keyakinan dalam Islam, antara lain konsep jihad, ihtimam, kepedulian kepada sesama saudara Muslim termasuk konsep ukhuwah, bahwa muslim adalah satu tubuh yang apabila tersakiti sebagiannya maka bagian lain akan ikut merasakan hal yang sama. Demikian pula, bahkan konsep keimanan dalam Islam, yaitu awal seseorang memproklamirkan dirinya sebagai seorang muslim yaitu diawali dengan kata penolakan (laa nahiy) لا اله الا الله, yang tentu memberikan dampak psikologis bagi kaum muslimin untuk berani mengatakan tidak atas segala macam bentuk kemungkaran yang ada sehingga menginspirasinya untuk bergerak melawan berbagai kemungkaran yang ada itu.
Oleh karena itulah kalangan musuh-musuh Islam sadar betul sadar betul bahwa mereka tidak akan pernah mampu mengalahkan islam apabila konsep-konsep tersebut masih kuat berada di dada dada dan pemahaman kaum muslimin untuk itu secara konspiratif mereka menyusun strategi dan cara melemahkan semangat jihad itu salah satu cara yang mereka lakukan adalah menebarkan virus liberalisme di kalangan umat Islam serta melakukan degradasi pemahaman atas berbagai konsep yang dapat membuat umat Islam kuat khususnya mereka lakukan kepada para pemuda kaum muslimin dan tokoh- tokoh umat.
Ada beragam macam cara yang dilakukan oleh kalangan orientalis Barat terhadap kalangan muda Islam dan tokoh-tokohnya dalam upaya melakukan perang pemikiran yaitu baik melalui pendidikan seni budaya di bidang pendidikan mereka melakukannya baik melalui shortcourse, diklat ataupun pemberian beasiswa studi terhadap kalangan muda Islam untuk belajar tentang Islam di negeri-negeri barat yang notabene adalah musuh Islam. Bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi ?. Sehingga wajar, mereka-mereka yang setelah berhasil belajar dari barat bukannya semakin baik pemahaman keislamannya namun dalam realitasnya banyak dari kalangan mereka yang bermasalah dalam aspek pemikiran dengan banyak menebarkan keributan dan kekacauan pemahaman keislaman di tengah-tengah masyarakat pada umumnya.
Sementara ciri pemahaman yang selamat adalah manakala mampu membuat ketenangan di tengah-tengah ummat dengan tidak menyelisihi pemahaman umum yang berkembang selama ini di tengah ummat yaitu dengan menanamkan pemahaman liberalisme hingga pada aspek aqidah (bukan hanya pada persoalan fiqih) serta menebarkan virus pluralisme yang mengajarkan toleransi termasuk pada persoalan aqidah. Virus liberalisme dan pluralisme dalam membangun kesetaraan dan kedamaian menurut mereka mensyaratkan adanya penerimaan atas berbagai pemahaman yang berbeda termasuk pula perlunya melakukan redefinisi hingga deletion (penghapusan) beberapa konsep yang menurut mereka tidak cocok dengan realitas mutakhir dan berpotensi merusak hubungan kerukunan antar ummat beragama, salah satunya adalah konsep dakwah, jihad, hingga konsep khilafah.
Anehnya para penyambung lidah atau corong orientalis barat adalah kalangan kaum muslimin sendiri bahkan mereka termasuk tokoh ummat ataupun kalangan terpandang. Namun memang demikialah strategi musuh untuk melemahkan pemahaman dan semangat ummat untuk mempraktekkan agamanya secara kaffah. Sebagaimana dikenal dalam sebuah pendapat Muhammad Abduh bahwa :
الإسلام محجوب بالمسلمين
“Cahaya Islam terhalangi oleh kaum muslimin”
Namun demikianlah disaat pikiran telah dipenuhi dengan virus dan hati telah tertutup dengan dunia maka mereka akan berani menggadaikan agamanya dengan harga yang murah untuk mendapatkan sejumlah materi, kedudukan dan kekuasaan. Sehingga jumlah mayoritas ummat islam tidaklah berharga dan kehilangan kewibawaannya karena penyakit yang telah menyebar di kalangan tokoh ummat ini, itulah penyakit al wahn, yaitu hubbud dun-ya wa karahiyatul maut, cinta dunia dan takut mati.
Sementara konsep-konsep mulia yang ingin dihapus dan direduksi oleh kalangan orientalis barat dan antek-anteknya dari kalangan liberalis muslim adalah konsep sentral dalam islam yaitu dakwah dan jihad. Dengan alasan bahwa konsep ini yang menjadi sumber radikalisme hingga terorisme. Sekalipun sebenarnya alasan demikian adalah terlalu dibuat-buat. Sebab dalam sejarah radikalisme dan terorisme tidaklah bermula dari Islam, melainkan dari kalangan kristen, yahudi dan barat itu sendiri yang secara konspiratif sengaja ingin melabelkan kaum muslimin dengan label yang buruk dan menakutkan.
Pada sisi yang lain keberanian para penyambung lidah orientalis dan kalangan sekuler liberalis di kalangan ummat islam sebenarnya mereka sedang menantang Allah swt dengan ingin menghapuskan konsep-konsep mulianya itu. Sementara Allah swt menegaskan bahwa untuk menguji loyalitas keimanan yang diucapkan oleh seorang muslim adalah dengan mengujinya melalui seruan untuk berjihad jika mereka benar ingin mendapatkan sorga :
أَمۡ حَسِبۡتُمۡ أَن تَدۡخُلُواْ ٱلۡجَنَّةَ وَلَمَّا يَعۡلَمِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ جَٰهَدُواْ مِنكُمۡ وَيَعۡلَمَ ٱلصَّٰبِرِينَ
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antara kamu, dan belum nyata orang-orang yang sabar. ( Ali ‘Imran : 142)
Bahkan jihad adalah puncak dari loyalitas seorang muslim. Sebagaimana disampaikan oleh Nabi saw :
رَأْسُ الْأَمْرِ الْإِسْلَامُ وَعَمُوْدُهُ الصَّلَاةُ وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الْـجِهَادُ فِـي سَبِيْلِ اللهِ.
“… Pokoknya perkara adalah Islam, tiangnya adalah shalat, dan puncaknya adalah jihad fii sabiilillaah.” (HR. Ahmad (V/231, 236, 237, 245-246), at-Tirmidzi (no. 2616), ‘Abdurrazzaq (no. 20303), Ibnu Majah (no. 3973)
Shahabat ‘Abdullah bin ‘Umar Radhiyallahu anhuma berkata,
إِنَّ أَفْضَلَ الْعَمَلِ بَعْدَ الصَّلَاةِ اَلْجِهَادُ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ تَعَالَى.
“Sesungguhnya seutama-utama amal sesudah shalat adalah jihad di jalan Allah Ta’ala.” (HR. Ahmad).
Jihad adalah syariat islam yang sangat agung, karena didalamnya ada pengorbanan tertinggi yaitu jiwa raga sebagai harta yang paling berharga yang dimiliki oleh manusia. Sehingga Nabi meletakkan jihad sebagai seagung-agungnya amal ibadah. Sebab jihad disyariatkan oleh Allah swt dengan maksud agar tidak ada fitnah atas agama ini.
وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّىٰ لَا تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ لِلَّهِ ۖ فَإِنِ انْتَهَوْا فَلَا عُدْوَانَ إِلَّا عَلَى الظَّالِمِينَ
“Dan perangilah mereka itu sampai tidak ada lagi fitnah, dan agama hanya bagi Allah semata. Jika mereka berhenti, maka tidak ada (lagi) permusuhan, kecuali terhadap orang-orang zhalim.” (Al-Baqarah: 193)
Siapa saja yang menyerukan penghapusan dan ingin mereduksi syariat jihad di negeri ini maka pastilah mereka a-historis. Sebab bangsa ini merdeka karena terus bergeloranya semangat jihad dari para pejuang negeri ini yang notabenenya adalah para ulama untuk melawan penjajahan kuffar dan memerdekakan diri menjadi sebuah negera merdeka yang tunduk patuh atas perintah Allah swt dengan menjadikan dasar negaranya berketuhanan Yang Maha Esa sebagaimana dicantumkan pada sila pertamanya.
Lalu disaat ada sesosok manusia lemah nan sombong ingin menghapus syariat mulia yang diagungkan dan diwajibkan oleh Allah dan RasulNya maka masih layakkah dia menyandang predikat muslim atau bahkan tokoh ummat.? Tidakkah niat dan sikap yang ingin menghapus syariat Allah dengan apapun narasi yang dibangunnya merupakan bentuk penentangan terhadap Allah swt? . Dan jika hal niat ingin menghapuskan dan mereduksi syariat masih terus berlanjut dilakukan maka saya yakin bahwa merekalah yang pasti akan kalah di hadapan Allah swt.
Marilah kita berdoa semoga siapa saja yang berani ingin menghapus syariat Allah dari muka bumi pertiwi ini segera disadarkan. Namun jika seruan-seruan ini juga tidak mampu menyadarkannya semoga mereka dibalas oleh Allah swt melalui keputusannya dengan caraNya dan dihinakan dunia hingga akhiratnya. Semoga kita semua dan ummat islam diselamatkan dari fitnah akhir zaman dan selalu berada dalam perlindunganNya. Aamiiin….
KH. Akhmad Muwafik Saleh dosen FISIP UB, penulis produktif, pengasuh pondok pesantren mahasiswa Tanwir al Afkar