Kanal24 – Provinsi Jawa Timur tengah memasuki fase penting dalam pembangunan sektor pariwisata. Sebagai salah satu pusat pertumbuhan wisata nasional, provinsi ini memiliki kekayaan bentang alam, ragam budaya, hingga kreativitas masyarakat lokal yang menjadi daya tarik kuat bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. Namun, peningkatan kunjungan yang terus tumbuh dalam beberapa tahun terakhir juga membawa tekanan ekologis dan sosial yang semakin terasa. Beban infrastruktur pada musim puncak, meningkatnya produksi sampah, hingga ketimpangan manfaat ekonomi di tingkat lokal menjadi tantangan besar yang tidak bisa lagi diabaikan.
Dalam konteks itulah, Pemerintah Provinsi Jawa Timur menyusun Grand Design Pariwisata Berkelanjutan Jawa Timur, sebuah arah kebijakan jangka panjang yang menekankan keseimbangan antara pembangunan ekonomi, keberlanjutan lingkungan, dan kesejahteraan sosial. Dokumen strategis ini disusun melalui kerja sama antara Bappeda Provinsi Jawa Timur dan Universitas Brawijaya melalui Direktorat Riset dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRPM).
Dalam keterangan yang diterima Kanal24 Jumat (5/12/2025) dijelaskan bahwa kajian ini menegaskan perlunya transformasi besar dalam pendekatan pembangunan pariwisata. Selama ini, model pengembangan destinasi masih banyak berorientasi pada pertumbuhan jumlah kunjungan semata, tanpa diimbangi konsep keberlanjutan. Hasil analisis yang dilakukan tim kajian memperlihatkan sejumlah persoalan kritis yang harus ditangani secara sistematis. Tantangan-tantangan tersebut meliputi degradasi lingkungan di destinasi alam, meningkatnya volume sampah di kawasan wisata perkotaan, keterbatasan infrastruktur layanan dasar terutama di wilayah pedesaan, serta belum meratanya manfaat ekonomi yang diterima masyarakat setempat.
Masalah tata kelola juga menjadi catatan penting. Koordinasi lintas sektor dan ketersediaan data berbasis bukti masih perlu diperkuat untuk memastikan kebijakan pariwisata berjalan efektif. Dengan demikian, penyusunan grand design tidak hanya berfungsi sebagai dokumen teknokratik, tetapi juga sebagai kerangka bersama bagi seluruh pemangku kepentingan agar bergerak dalam visi yang sama.

Proses penyusunan grand design dilakukan melalui serangkaian metode yang komprehensif. Tim kajian menggunakan analisis data primer dan sekunder, big data analytics terhadap ulasan wisatawan di berbagai platform digital, serta Focus Group Discussion (FGD) yang digelar di beberapa kabupaten dan kota seperti Madiun, Batu, Malang, dan Banyuwangi. FGD ini menjadi ruang penting untuk menghimpun perspektif pemangku kepentingan daerah, termasuk pemerintah, pelaku usaha pariwisata, komunitas, serta asosiasi terkait.
Hasil dari FGD memperlihatkan bahwa banyak daerah memiliki potensi wisata unggulan, namun diperlukan dukungan kebijakan yang tepat, peningkatan kapasitas SDM, dan mekanisme tata kelola yang lebih inklusif agar keberlanjutan dapat terjamin. Temuan-temuan ini menjadi dasar dalam merumuskan strategi pengembangan pariwisata Jawa Timur hingga tahun 2030.
Dokumen grand design kemudian menetapkan strategi dalam beberapa tahap. Pada tahap awal, fokus diarahkan pada penguatan fondasi melalui penyusunan baseline data, pelatihan sumber daya manusia, dan penerapan pilot project pengelolaan destinasi. Tahap berikutnya mencakup replikasi praktik terbaik, integrasi sistem digital destinasi, penguatan ekonomi lokal, dan penataan kapasitas kunjungan berbasis daya dukung. Sementara itu, tahap akhir memprioritaskan konsolidasi kebijakan, penguatan tata kelola lintas sektor, serta peningkatan daya saing Jawa Timur melalui standardisasi keberlanjutan dan upaya mencapai sertifikasi internasional.
Komitmen pemerintah daerah untuk mengarahkan pembangunan pariwisata secara sistemik terlihat jelas dalam dokumen ini. Pengembangan pariwisata tidak hanya berorientasi pada upaya menarik wisatawan, tetapi juga memastikan kelestarian lingkungan yang menjadi inti daya tarik daerah. Selain itu, grand design menempatkan masyarakat sebagai aktor penting dalam mata rantai manfaat pariwisata, sehingga sektor ini benar-benar mampu meningkatkan kesejahteraan lokal.

Hal tersebut ditegaskan oleh Ketua Tim Kajian, Dias Satria, Ph.D., yang menyampaikan bahwa āPengembangan pariwisata di Jawa Timur tidak boleh hanya mengejar peningkatan jumlah kunjungan. Masa depan pariwisata adalah tentang kualitas, keberlanjutan, keterlibatan masyarakat, dan pelestarian lingkungan. Grand design ini memberikan arah jangka panjang agar seluruh pemangku kepentingan bergerak dalam kerangka yang sama, yakni pariwisata yang memberi manfaat ekonomi tanpa mengorbankan kelestarian.ā
Dengan tersusunnya Grand Design Pariwisata Berkelanjutan Jawa Timur, Pemerintah Provinsi menegaskan langkah nyata menuju pembangunan pariwisata yang lebih bertanggung jawab, kompetitif, dan inklusif. Universitas Brawijaya, melalui mandat penyusunan kajian ini, memastikan seluruh proses perumusan dilakukan secara ilmiah, berbasis data, dan melibatkan pemangku kepentingan secara luas.
Dokumen ini kini menjadi rujukan strategis untuk memandu pengembangan destinasi wisata agar tetap tumbuh tanpa mengorbankan lingkungan, sekaligus memperkuat kesejahteraan masyarakat lokal. Dengan landasan ini, Jawa Timur memiliki arah yang jelas untuk membangun masa depan pariwisata yang tangguh, ramah lingkungan, dan berkelanjutan hingga tahun 2030.(









