Kanal24, Malang – Salah satu tantangan terbesar yang masih sulit dihadapi di Indonesia adalah mengenai sampah. Seiring dengan jumlah penduduk yang terus meningkat, pengetahuan tentang cara mengelola sampah masih kurang dipahami dengan baik di kalangan masyarakat.
Tak hanya itu, pemerintah belum menyediakan sarana yang memadai untuk mengatasi permasalahan tersebut, seperti belum adanya keberadaan Bank Sampah Organik padahal sampah organik merupakan jenis sampah terbanyak di Indonesia.
Sampah organik merupakan sampah yang berasal dari sisa bahan organik yang mampu terurai secara alami. Contoh dari sampah organik adalah buah, sayur, dan sisa makanan lainnya. Jenis sampah ini dapat dimanfaatkan kembali, namun jika tidak dikelola dengan proses yang tepat maka akan menyebabkan perubahan iklim.
Polemik-polemik di atas menginspirasi sekelompok mahasiswa dari Fakultas Pertanian (FP) Universitas Brawijaya untuk melakukan perubahan terhadap lingkungan. Sebagai hasilnya, mereka membentuk sebuah komunitas yang dikenal dengan nama EcoLiving.
Sekelompok mahasiswa Fakultas Pertanian (FP) UB yang tergabung dalam EcoLiving (Dok. Komunitas EcoLiving)
Komunitas yang telah berdiri sejak bulan Februari tahun ini bergerak di bidang cara pengelolaan sampah organik dan saat ini memiliki fokus pada manajemen limbah makanan yang diproduksi ibu-ibu rumah tangga di daerah RW 1 Rampal Celaket.
Meskipun komunitas ini baru berusia beberapa bulan, namun sudah ada sejumlah proyek sosial yang telah dijalankan. Setiap minggunya, masyarakat area Rampal Celaket RW 1 diminta untuk menyetorkan sampah rumah tangga untuk nantinya dikelola oleh EcoLiving. Selain itu, ada pemberian pakan cacing setiap tiga kali dalam seminggu.
Proses pemberian pakan cacing (Dok. Komunitas EcoLiving)
Proyek yang dilaksanakan komunitas EcoLiving tidak hanya sampai aktivitas mingguan saja, karena terdapat tiga kegiatan utama yang turut diimplementasikan.
Pertama, ECO ACTION I yang merupakan pelatihan budidaya cacing menggunakan teknik khusus agar menghasilkan produksi yang optimal. Kedua, ECO ACTION II dimana masyarakat dipandu untuk belajar mengelola sampah organik dan organik dengan cara yang sederhana. Ketiga, ECO ACTION III untuk melakukan panen menyeluruh dari budidaya cacing yang telah dilakukan sebelumnya pada tahap pertama.
Program kegiatan yang memiliki target ibu-ibu rumah tangga dan pemuda di kawasan Rampal Celaket tersebut diharapkan dapat menjadi wadah edukasi mengenai manajemen sampah organik secara mandiri serta tempat melatih menjadi sociopreneurship dengan memanfaatkan limbah rumah tangga menjadi pakan cacing.
Ibu-Ibu rumah tangga yang turut berpartisipasi dalam kegiatan (Dok. Komunitas EcoLiving)
Meskipun komunitas ini berdiri secara mandiri, namun EcoLiving sudah menerima dukungan penuh dari Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya dan Teens Go Green Indonesia. Teens Go Green Indonesia merupakan organisasi yang berfokus pada keterlibatan anak muda untuk melakukan aksi inisiatif atas permasalahan lingkungan.
Enam mahasiswa pendiri komunitas EcoLiving yang sedang menjalani tugas akhir ini berharap komunitas ini terus berkembang dan tetap berlanjut untuk melakukan proyek sosial lainnya yang pastinya mampu memberi edukasi secara masif. Tak hanya itu, mereka menantikan dukungan serta antusias dari masyarakat luas.
Jika ada yang tertarik bergabung menjadi anggota, komunitas ini sangat terbuka akan hal tersebut asalkan berdomisili di Malang dan memiliki rasa peduli akan lingkungan. Tidak hanya terbatas pada mahasiswa, namun semua kalangan pun dapat ikut bagian dalam komunitas ini. (nth)