Kanal24, Malang – Perubahan iklim saat ini semakin mengkhawatirkan. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya rata-rata suhu global dibandingkan masa pra-industri lalu.
Di Indonesia, peningkatan suhu global tersebut telah menyebabkan gletser di Puncak Jayawijaya mencair. Bahkan, 2025 diperkirakan sudah tiada lagi es di puncaknya. Fenomena lainnya di Indonesia, meningkatnya suhu tersebut juga membuat periode ulang anomali El Nino dan La Nina semakin pendek, yaitu yang awalnya 5-7 tahun, menjadi 2-3 tahun
Tren gas rumah kaca juga menjadi pemicu perubahan iklim. Tiap tahunnya, angka tren gas rumah kaca terus meningkat. Di tahun 2018, Indonesia menyumbang angka 402,6 parts per million (ppm). Di tahun 2022, angka tren gas rumah kaca sudah mencapat 411,8 ppm.
Seluruh fenomena tersebut saling berkaitan yang berakibat pada semakin meningkatnya frekuensi intensitas dan durasi cuaca ekstrem yang memicu bencana hidrometeologi, seperti banjir, banjir bandang, longsor, badai tropis, angin puting beliung, dan kekeringan.
Sebagai bentuk usaha untuk mengurangi risiko terhadap perubahan iklim, pada puncak peringatan Hari Meteorologi Dunia (HMD) ke-73, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meresmikan Tower Gas Rumah Kaca (GRK) Yuk kenali menara GRK lewat artikel ini.
Profil Menara Gas Rumah Kaca (GRK)
Menara Gas Rumah Kaca (GRK) atau Global Atmospher Watch (GAW) merupakan sebuah tower yang dibangun untuk memonitor konsentrasi gas rumah kaca. Menjadi salah satu dari 30 stasiun pemantau atmosfer di dunia, Menara GRK dibangun sejak tahun 2022 di Bukit Kototabang, Agam, Sumatera Barat. Peresmiannya sendiri bertepatan dengan puncak peringatan hari meteorologi dunia (HMD) ke-73 tahun 2023, yaitu pada Senin, 20 Maret 2023.
Memiliki ketinggian 100 meter, Menara GRK dilengkapi dengan sensor meteorologi yang berfungsi melakukan pemantauan di tiga titik ketinggian, yakni masing-masing 30 meter, 70 meter, dan 100 meter. Selain fungsinya yang memantau konsentrasi GRK, menara tersebut juga memiliki fungsi lain, yaitu memantau suhu udara, kelembapan udara, tekanan udara, arah dan kecepatan angin.
Menara GRK dipercaya memiliki manfaat sebagai penyedia informasi gas rumah kaca, kualitas udara dan komposisi kimia dalam atmosfer. Menara ini juga menyediakan data dan informasi mengenai tingkat, status dan kecendurungan perubahan emisi GRK secara berkala.
Manfaat lainnya, menara GRK dapat mendeteksi sumber emisi yang disebabkan oleh aktivitas manusia (antropogenik). Menara GRK turut menjadi neraca karbon yang dapat mengestimasi jumlah pertukaran karbon yang masuk dan keluar.
Menara ini juga menjadi kontributor yang merepresentasikan pemantauan dari wilayah ekuatorial tropis bagi data GRK global yang terintegrasi melalui seluruh dunia. Pemantauan GRK dari menara itu akan memberikan gambaran profil GRK pada ketinggian yang berbeda dan menjadi wujud kontribusi Indonesia dalam Program IG3IS. (rbs)