Kanal24, Malang – Lintar Eka, seorang seniman fotografi, menggelar Solo Exhibition bertajuk “Neo Paranoiac-Critical Method of Photography”. Acara yang digelar di Titik Koma Cafe, Jl. Buring no 52, ini tidak sekadar menjadi ajang pameran, melainkan sebuah persembahan seni yang menyelami konsep kontemplatif dan teknik fotografi komersial dalam satu kesatuan yang menginspirasi.
Pameran yang berlangsung sepanjang bulan April ini menjadi wadah bagi Lintar Eka untuk mengeksplorasi ide-ide dalam renungan yang kemudian dipadukan dengan teknik fotografi komersial. Acara ini bertujuan untuk menghasilkan karya seni yang lebih berkualitas dan berkelas.
“Pameran ini dirancang dengan tujuan untuk memberikan dukungan yang nyata kepada para seniman dengan cara membeli karya-karyanya atau berpartisipasi dalam workshop yang diselenggarakan,” kata Lintar pada Kamis (25/04/2024).
“Neo Paranoiac-Critical Method of Photography” bukan sekadar ajang pameran biasa. Selain menjadi tempat untuk mengapresiasi karya seni, acara ini juga diadakan dengan tujuan meningkatkan minat berkesenian secara konstan dan masif. Dalam upaya mencapai tujuan tersebut, workshop yang diselenggarakan pada tanggal 27 April 2024, memberikan kesempatan bagi para penggemar seni dan fotografi untuk belajar langsung dari sang maestro.
Menariknya, acara ini tidak hanya mengundang pelaku seni atau kolektor seni, tetapi juga memperluas cakupannya hingga ke orang-orang awam yang ingin memahami lebih dalam tentang pembuatan karya seni dari fotografi. Dengan demikian, “Neo Paranoiac-Critical Method of Photography” menjadi sebuah ajang yang inklusif, mengajak siapapun untuk merasakan keindahan seni dalam berbagai sudut pandang.
Tak lupa untuk mencatat, acara ini tidak terwujud tanpa dukungan dari pihak Sogatoo, Titik Koma Cafe, serta Lintar Eka sebagai artis yang menggelar Solo Exhibition. Mereka berkolaborasi secara mandiri untuk menyelenggarakan acara yang memiliki dampak besar bagi dunia seni. Dukungan dari berbagai pihak ini memberikan nilai lebih bagi para seniman untuk bertemu dengan pelaku seni, kolektor seni, dan penikmat seni secara langsung.
Meski acara ini gratis untuk umum, workshop yang diselenggarakan membutuhkan biaya pendaftaran sebesar Rp 175.000 rupiah per orang. Namun, hal ini tidak menyurutkan antusiasme para pecinta seni dalam mengikuti kegiatan ini.
Harapan dari Lintar Eka sendiri adalah agar konsep “Neo Paranoiac-Critical Method of Photography” dapat terus berkelanjutan, bahkan memicu lahirnya komunitas seni atau kolektif independen yang aktif dalam menggerakkan dunia seni rupa. Ia berharap bahwa melalui fotografi, seniman baru dapat bermunculan dengan ide-ide segar, menciptakan karya-karya yang memberikan nilai tambah tidak hanya secara estetika, tetapi juga finansial.
Teman-teman dan para pecinta seni yang datang ke pameran juga berharap bahwa melalui acara ini, menjadikan minat berkesenian yang masif, terutama dalam bidang fotografi, sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Fotografi diharapkan bukan hanya sebagai medium ekspresi artistik, tetapi juga sebagai sarana untuk memperoleh nilai finansial dan memperluas jaringan relasi antar-sesama pelaku seni dan bisnis.
“Neo Paranoiac-Critical Method of Photography” menjadi pameran seni yang menginspirasi, mendidik, dan mempersatukan para pecinta seni dalam perjalanan panjang menuju apresiasi seni yang lebih dalam dan luas. (nid)