Kanal24, Malang – Sekelompok mahasiswa UB berhasil merintis sebuah bisnis unik yang sangat menjanjikan. Bisnis yang dinamai Ecozystem itu sejatinya telah berdiri sejak tahun 2020 di Kecamatan Dau. Ecozystem merupakan inovasi bisnis ternak larva lalat hitam, Black Soldier Fly (BSF) atau yang lebih dikenal dengan nama maggot. Maggot sendiri dapat diolah menjadi banyak produk yang bernilai tinggi terutama bagi pembudidaya dan peternak. Founder Ecozystem, M. Lutfi Ardiansyah menjelaskan bahwa latar belakang munculnya ide tersebut karena keprihatinannya terhadap kondisi lingkungan di Kota Malang.
“Sampah-sampah yang menumpuk di perkotaan khususnya di pasar tradisional ataupun di pinggiran jalan itu belum terkelola secara maksimal padahal kebanyakan itu adalah sampah organik. Dari situlah teman-teman akhirnya melakukan riset dan melihat potensi tren budidaya lalat hitam lalu kita coba gabungkan saja ide itu. Jadilah ecozystem ini merupakan solusi atas masalah sosial, istilahnya sociopreneur,” katanya.
Ternak Moggot (Dok.M. Lutfi Ardiansyah)
Ternak maggot masih menjadi sesuatu yang cukup langka untuk ditemukan, sedangkan permintaan atas produk olahan maggot di pasaran cenderung tinggi. Kenaikan harga pakan ternak dan adanya kebijakan pembatasan pakan bersubsidi telah mendorong para peternak untuk mulai mencari alternatif pakan lain yang lebih terjangkau. Maggot menjadi salah satu pilihan yang sering dilirik, mengingat kandungan nutrisi dalam maggot yang tak beda jauh dari pakan ternak pada umumnya. Bahkan berdasarkan hasil uji lab, maggot memiliki nilai protein yang lebih tinggi.
“Protein yang terkandung dalam maggot ini cukup tinggi yaitu sekitar 35-40%. Daripada menggunakan suplemen tambahan, maggot dapat menjadi alternatif untuk memenuhi kebutuhan protein yang kurang untuk unggas dan ikan” Tutur Lutfi
Setiap siklus produksi maggot idealnya memakan waktu sekitar 40 hari. Dimulai dari telur lalu menjadi larva selama satu minggu kemudian baru dipindahkan ke kandang lain. Larva terus diberi makan sampah organik sekitar 3-4 minggu hingga menjadi pupa. Minggu selanjutnya pupa menetas menjadi lalat hitam. Lalat itulah yang akan menghasilkan telur untuk siklus selanjutnya. Maggot yang dapat dipanen adalah larva yang sedang dalam masa menjadi pupa.
“Peluang diversifikasi maggot juga sangat besar, Jadi dalam siklus budidaya maggot ini tidak ada sama sekali yang tidak dapat terjual. Semuanya dapat dimanfaatkan bahkan residunya pun ada nilai jualnya. Limbah bekas maggot pun bisa dibuat pupuk tanaman” sambungnya
Melihat potensi keuntungan yang cukup tinggi, tentunya membutuhkan lebih dari sekedar keuletan dan tekad yang kuat untuk bisa memulai dan mengembangkannya. Selama merintis Ecozystem, tak jarang mereka menghadapi berbagai tantangan mulai dari pendanaan hingga promosi produk.
“Tantangan pertama itu harus bisa bagi waktu antara kuliah, organisasi dan juga terjun di bisnis ini, tahun 2020 dulu kita juga sempat vakum akibat pandemi. Lalu tantangan kedua mungkin terkait operasional modal. Modal awalnya itu sebenarnya kita dapat dari perlombaan yang sering kita ikuti. Hadiah lomba itu kita kumpulkan untuk digunakan sebagai modal operasional” paparnya
M. Lutfi Ardiansyah, Founder Ecozystem (Dok.M. Lutfi Ardiansyah)
Dalam memasarkan produk mereka, Lutfi dkk memanfaatkan media sosial dan marketplace online sebagai sarana promosi. Selain itu, mereka juga melayani penjualan secara langsung atau COD. Berkat kegigihan mereka, Ecozystem kini telah berkembang lebih luas hingga bahkan beberapa waktu yang lalu Ecozystem berhasil lolos dalam pameran inovasi produk mitra yang diadakan oleh PT Petrokimia Gresik.
Ekspansi bisnis juga terus diupayakan dengan banyak menggandeng mitra kerja sama baik itu dengan masyarakat maupun pembudidaya. Rencana ke depannya Ecozystem akan membangun kandang maggot lainnya di Kota Batu dan Kecamatan Singosari demi bisa memenuhi permintaan pelanggan.
“Harapan saya pemerintah melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) kalau bisa menambah fasilitas pemilahan sampah sekaligus memberikan edukasi tentang potensi ekonomis yang bisa didapatkan. Bayangkan jika satu kota ini sampah organiknya kita kumpulkan kemudian dimanfaatkan nilai ekonomisnya maka pemerintah mungkin bisa mulai melihat itu sebagai solusi baru” pungkasnya.(sya)