oleh | Akhmad Muwafik Saleh
Salah satu keistimewaan daripada puasa Romadhon adalah menghapus dosa-dosa yang telah berlalu. Sebagaimana disebutkan dalam hadis nabi bahwa seseorang yang berpuasa di bulan Ramadhan, maka dia akan diampuni segala-dosanya dan menjadi bersih dirinya sebagaimana baru keluar dari rahim ibundanya. Rasulullah bersabda :
إِنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى فَرَضَ صِيَامَ رَمَضَانَ عَلَيْكُمْ وَسَنَنْتُ لَكُمْ قِيَامَهُ فَمَنْ صَامَهُ وَقَامَهُ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا خَرَجَ مِنْ ذُنُوْبِهِ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ
“Sesungguhnya Allah mewajibkan puasa Ramadhan dan saya menyunnahkan bagi kalian shalat malamnya. Maka barangsiapa melaksanakan ibadah puasa dan shalat malamnya karena iman dan karena ingin mendapatkan pahala, niscaya dia keluar (diampuni) dari dosa-dosanya sebagaimana dia dilahirkan oleh ibundanya.” (HR. An Nasai).
Seseorang yang menjalani puasa ramadhan dengan segala keimanan keikhlasan dan kesungguhan maka dia akan mendapatkan ampunan Allah dengan dibersihkannya dari segala dosa selayaknya seorang bayi yang baru keluar dari rahim ibunya. Artinya keluar dari bulan ramadhan seseorang ibarat kertas putih yang tiada noda dan coretan lagi. Dan untuk melengkapi itu maka dianjurkan untuk saling meminta maaf dan memaafkan antar sesama manusia, karena urusan dosa dengan Allah maka Dia Maha Pengampun sekalipun dosanya sebesar gunung, sementara urusan dengan dosa dan kesalahan sesama manusia amatlah rumit yaitu orang yang berdosa atau melakukan kesalahan kepada sesama manusia, pernah mendhalimi, menfitnah, menggunjing, membuka aibnya dan lain sebagainya maka haruslah dia menyelesaikannya sendiri antar manusia dengan cara meminta maaf dan saling memaafkan. Rasulullah bersabda :
مَنْ كَانَتْ لَهُ مَظْلَمَةٌ لأَخِيْهِ مِنْ عِرْضِهِ أَوْ شَيْءٍ فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ الْيَوْمَ قَبْلَ أَنْ لاَ يَكُوْنَ دِيْنَارٌ وَلاَ دِرْهَمٌ، إِنْ كاَنَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلَمَتِهِ، وَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِلَ عَلَيْهِ
“Siapa yang pernah berbuat kedzaliman terhadap saudaranya baik menyangkut kehormatan saudaranya atau perkara-perkara lainnya, maka hendaklah ia meminta kehalalan dari saudaranya tersebut pada hari ini (di dunia) sebelum tidak ada lagi dinar dan tidak pula dirham (untuk menebus kesalahan yang dilakukan, yakni pada hari kiamat). Bila ia memiliki amal shalih diambillah amal tersebut darinya sesuai kadar kedzalimannya (untuk diberikan kepada orang yang didzaliminya sebagai tebusan/pengganti kedzaliman yang pernah dilakukannya). Namun bila ia tidak memiliki kebaikan maka diambillah kejelekan orang yang pernah didzaliminya lalu dipikulkan kepadanya.” (HR. Bukhari)
Jika tidak melakukan upaya saling meminta maaf dan saling memaafkan, maka jangan sampai kemudian dirinya kelak menjadi kalangan muflisin atau pailit. Siapakah muflisin, orang yang pailit itu ?. Yaitu orang yang merugi kelak di akhirat, dia membawa amal kebaikan namun amal kebaikannya habis ludes diberikan kepada orang lain Sebab kesalahan dan kedhaliman kepada yang dilakukannya selama di dunia. Mereka mencela saudaranya, menuduh, memfitnah, ghibah (menggunjing), membuka aib dan kehormatan saudaranya, memakan harta orang lain, menumpahkan darah orang, memukul orang lain (tanpa hak) dan berbagai kedhaliman lainnya.
Bulan ramadhan adalah bulan pembersihan atas dosa sehingga amat beruntunglah seseorang yang mampu menjalani puasa ramadhan dengan keimanan dan kesungguhan serta menjaga diri dari segala hal yang dapat merusak amal tersebut. Karena orang yang demikian tidak akan keluar dari bulan ramadhan kecuali dosanya telah diampuni dan dihapus oleh Allah swt.
Untuk itu, selepas bulan Ramadhan dan saat masuk idul fitri dikala mereka saling memaafkan maka sejatinya seseorang yang demikian adalah orang yang telah bersih dari dosa. Ia ibarat lembaran putih yang tidak bernoda, untuk itu janganlah diisi dengan coretan yang dapat merusak kebersihan lembaran putih dirinya. Janganlah diri kita dikotori lagi dengan kedhaliman pada sesama.
Menjaga diri dari berbuat kedhaliman kepada sesamanya adalah cara terbaik untuk tetap menjaga lembaran putih diri. Setiap kita tidak tahu kapan akan dipanggil untuk kembali kepangkuannya, karena tidak ada satupun diantara kita yang mengetahui ajalnya. Dan tidak ada satupun orang yang tahu apakah diri kita masih berkesempatan berjumpa dengan ramadhan yang akan datang untuk membersihkan segala dosa-baru yang telah dibuat. Karena itulah, menjaga diri untuk tetap bersih dengan segala upaya menahan diri dari dosa adalah cara cerdas menjaga diri dari gelapnya lembaran catatan diri kita. Semoga kelak disaat menghadap Allah swt kita terlalu berat dan rumit dalam mempertanggungjawabkannya.
Untuk itu selagi masih tersisa waktu menunggu untuk kembali kepada asal penciptaan kita (ketiadaan) maka lebih baik saling memaafkan, menjaga diri dari saling mendhalimi saudara muslim. Saling sadar atas kesalahan akan memudahkan untuk saling memaafkan. Semoga kita tidak termasuk dalam golongan orang yang merugi kelak di akhirat. Rugi di dunia dalam urusan bisnis, hal itu akan mudah didapatkan kembali. Namun merugi di akhirat maka tidak ada kesempatan untuk kembali. Saya secara pribadi sebagai penulis, di bulan syawal ini mengucapkan mohon maaf lahir dan batin atas segala kesalahan yang telah berlalu. Semoga Allah mengampuni dan menghapus dosa saya dan anda semuanya. Aamiin
Penulis KH. Akhmad Muwafik Saleh pengasuh Pesma Tanwirul Afkar, Dosen FISIP UB dan sekretaris KDK MUI provinsi Jawa Timur