Kanal24, Malang – Menteri Sosial (Mensos) Dr Rismaharini, Presiden Joko Widodo memberikan santunan kepada keluarga korban tragedi yang terjadi beberapa waktu lalu di Stadion Kanjuruhan Kabupaten Malang, Jawa Timur.
“Ini penyerahan (santunan) dari Presiden. Presiden sangat perhatian dengan peristiwa ini, selain itu ada satu santunan dari Kementerian Sosial,” katanya di Kota Malang, Jawa Timur (28/10/2022).
Ia mengatakan tujuh santunan telah dibayarkan kepada keluarga korban tragedi Kanjuruhan, enam di antaranya dari Presiden Joko Widodo.
Mensos menjelaskan, pemerintah prihatin dengan santunan yang diberikan kepada keluarga korban tragedi Kanjuruah. Ia menegaskan, santunan tersebut tidak mengganti rasa kehilangan keluarga korban.
Ia berharap kejadian serupa tidak terulang lagi di masa mendatang, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Pihaknya juga akan mendampingi keluarga atau anak-anak yang kehilangan orang tuanya akibat kejadian tersebut.
“Ini niatnya bukan menggantikan putra-putri bapak Ibu sekalian atau adik atau kakak yang telah meninggalkan kita semua. Kami mengucapkan bela sungkawa yang sedalam-dalamnya,” tuturnya.
Seorang warga pada kesempatan yang sama mengeluhkan pelayanan kesehatan yang diberikan rumah sakit kepada para korban tragedi Kanjuruhan. Sehingga keluarga korban harus mengunjungi rumah sakit lain yang memiliki dokter spesialis.
Merespon keluhan tersebut, pihaknya akan menyampaikan pengaduan para kerabat korban tragedi Kanjuruhan kepada Pemprov Jatim, agar pelayanan rawat jalan tragedi Kanjuruhana berjalan maksimal.
“Untuk biaya (karena melakukan perawatan di rumah sakit lain), nanti akan diganti oleh pemerintah kota untuk warga Kota Malang. Sementara untuk di Kabupaten Malang, Bupati juga sudah berjanji, tapi nanti akan saya sampaikan,” ujarnya.
Pertandingan antara Arema FC kontra Persebaya Surabaya dengan skor akhir 2-3 di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang pada 1 Oktober 2022 memunculkan kondisi yang kurang kondusif.
Kondisi ini menyebabkan kerusuhan yang semakin parah, di mana beberapa flare dilempar, termasuk benda-benda lainnya. Gabungan polisi dan aparat keamanan TNI berusaha mengusir para pendukung dan kemudian menggunakan gas air mata.
Akibat peristiwa tersebut, tercatat 135 korban meninggal dunia karena patah tulang, cedera kepala dan leher, mati lemas atau berkurangnya kadar oksigen dalam tubuh. Selain itu, ratusan orang dilaporkan mengalami luka ringan hingga luka serius.