Kanal24, Lumajang – Limbah minyak jelantah yang selama ini dianggap remeh, kini berubah menjadi solusi kreatif dan ramah lingkungan berkat kolaborasi antara mahasiswa Universitas Brawijaya dan warga Desa Gondoruso. Lewat program Mahasiswa Membangun Desa (MMD) 2025, pelatihan bertajuk “Pengendalian Limbah Minyak Jelantah Melalui Pelatihan Pembuatan Lilin Aromaterapi” sukses digelar di Balai Desa Gondoruso, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang pada Jumat (11/07/2025).
Kegiatan ini merupakan inisiatif individu dari Umniya Iftinan, anggota Kelompok 66 MMD UB, di bawah bimbingan Dosen Pembimbing Lapangan, Muhammad Fakhri, S.Pi., M.P., Ph.D. Dihadiri oleh 23 peserta aktif dari anggota PKK dan komunitas Gerbang Mas Desa Gondoruso, pelatihan ini bertujuan membangun kesadaran sekaligus keterampilan dalam mengelola limbah rumah tangga menjadi produk yang memiliki nilai ekonomis dan estetika.
Baca juga:
MMD UB Dorong Inovasi Digital dan Olahan Lokal di Poncokusumo

Mengubah Masalah Jadi Peluang
“Minyak jelantah sering dibuang sembarangan tanpa disadari dampaknya bagi lingkungan. Padahal, limbah ini dapat dimanfaatkan menjadi produk baru seperti lilin aromaterapi yang tidak hanya ramah lingkungan, tapi juga memiliki potensi bisnis,” ujar Umniya saat membuka sesi materi.
Pelatihan dimulai dengan sambutan dari Ketua PKK Desa Gondoruso, Ibu Inggih, yang menyampaikan apresiasinya terhadap program mahasiswa ini. Ia berharap kegiatan tersebut dapat berkelanjutan dan mendorong warga untuk terus kreatif mengelola limbah rumah tangga.
“Kegiatan seperti ini sangat bermanfaat. Harapannya bisa dilanjutkan oleh warga sebagai usaha mandiri,” ucapnya.
Edukasi, Demonstrasi, dan Aksi Nyata
Sebelum sesi praktik, peserta mengikuti pre-test untuk mengukur pemahaman awal mereka tentang minyak jelantah. Mahasiswa kemudian menyampaikan materi mengenai bahaya limbah jelantah jika dibuang sembarangan, serta potensi dan langkah-langkah pengolahannya menjadi lilin aromaterapi.
Sesi praktik menjadi bagian paling interaktif dalam pelatihan. Mahasiswa mendemonstrasikan cara mencampur minyak jelantah dengan bahan tambahan seperti lilin parafin, pewarna, dan minyak esensial. Peserta aktif terlibat dalam mencetak lilin beraneka warna dan aroma.
“Saya baru tahu kalau minyak goreng bekas bisa dibuat lilin cantik dan wangi. Ini pengalaman baru dan menyenangkan,” ujar salah satu peserta dari kelompok PKK.
Setelah sesi praktik, peserta kembali mengikuti post-test untuk melihat peningkatan pemahaman mereka. Di akhir acara, peserta diberi hasil lilin yang telah dibuat sebagai oleh-oleh, diikuti sesi dokumentasi dan penutupan.
Baca juga:
20 Mahasiswa UB Belajar Bahasa Mandarin dan Budaya Tiongkok di Taiwan
Dukung SDGs dan Potensi Ekonomi Desa
Program ini turut mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), terutama poin 11 (kota dan permukiman yang berkelanjutan) dan poin 12 (konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab). Selain meningkatkan kesadaran lingkungan, pelatihan ini membuka peluang wirausaha baru bagi warga desa.
“Harapannya, masyarakat dapat melanjutkan pelatihan ini secara mandiri atau bahkan mengembangkannya sebagai produk khas desa. Ini adalah bentuk kontribusi nyata mahasiswa untuk desa,” kata Umniya.
Dosen pembimbing, Muhammad Fakhri, juga mengapresiasi keberhasilan program ini. Ia menekankan bahwa inisiatif-inisiatif sederhana seperti ini mampu memberikan dampak berkelanjutan jika dikelola dengan baik oleh masyarakat.Dengan semangat Mahasiswa Berkarya, Desa Berdaya, pelatihan ini membuktikan bahwa pengelolaan limbah tak hanya soal lingkungan, tetapi juga tentang pemberdayaan dan keberlanjutan. Dari jelantah yang biasa dibuang, kini warga Desa Gondoruso punya pengetahuan baru dan potensi usaha kreatif yang menjanjikan. (nid)