Kanal24, Lumajang – Di tengah tantangan peningkatan konsumsi obat-obatan kimia dan rendahnya pemanfaatan lahan pekarangan rumah tangga secara produktif, mahasiswa Universitas Brawijaya hadir dengan solusi berbasis kearifan lokal. Program Mahasiswa Membangun Desa (MMD) Kelompok 66 menggelar pelatihan dan praktik budidaya Tanaman Obat Keluarga (TOGA) di Desa Gondoruso, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang. Kegiatan ini menjadi upaya nyata mahasiswa dalam mendukung kesehatan keluarga dan keberlanjutan lingkungan melalui pemberdayaan masyarakat, khususnya ibu-ibu PKK.
Kegiatan ini berlangsung pada Jumat, (18/7/2025). Dalam pelaksanaannya, mahasiswa MMD UB didampingi oleh Dosen Pembimbing Lapang (DPL), Muhammad Fakhri, S.Po., M.P., Ph.D. Program ini sekaligus menjadi bagian dari pengabdian masyarakat yang selaras dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), yakni poin ketiga (Kehidupan Sehat dan Sejahtera) dan poin kedua belas (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab).
Acara dibuka dengan sambutan dari Ketua Penggerak PKK Desa Gondoruso, Inggih, yang menyampaikan apresiasinya terhadap inisiatif mahasiswa. Ia menilai bahwa kegiatan tersebut tidak hanya memberi manfaat kesehatan, tetapi juga mendukung persiapan desa dalam penilaian program Pawon Urip.
“Kegiatan ini merupakan kegiatan yang positif dan memiliki banyak manfaat. Selain bermanfaat untuk keluarga, kegiatan ini juga akan sangat berguna untuk penilaian Pawon Urip yang akan datang,” ujar Inggih.
Ketua Kelompok 66, Regita Irianti Indra, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan wujud kepedulian mahasiswa terhadap isu kesehatan masyarakat dan kemandirian rumah tangga.
“Kami berharap kegiatan ini dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi warga. Ini bukan sekadar kegiatan sekali jalan, tetapi kami ingin masyarakat bisa melanjutkannya secara mandiri di rumah masing-masing,” ujarnya.

Sosialisasi dan Edukasi Manfaat TOGA
Kegiatan dilanjutkan dengan pre-test yang diberikan kepada seluruh peserta untuk mengetahui pemahaman awal mereka tentang tanaman obat dan pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari. Setelah itu, sesi edukasi dipandu oleh Vika Fitriana Azizah, salah satu anggota kelompok MMD UB 66. Dalam pemaparannya, Vika menguraikan manfaat tanaman obat sebagai solusi alami untuk menjaga kesehatan, sekaligus alternatif dalam mengurangi ketergantungan terhadap obat kimia.
Vika memperkenalkan beberapa jenis tanaman yang mudah dibudidayakan, seperti jahe, kunyit, sereh, daun sirih, dan temulawak. Ia menekankan bahwa TOGA tidak hanya memperkuat ketahanan kesehatan keluarga, tetapi juga mendukung gaya hidup ramah lingkungan.
“Dengan menanam TOGA, masyarakat bisa memiliki persediaan obat alami di rumah yang bisa dimanfaatkan kapan saja. Ini juga sejalan dengan gaya hidup sehat dan ramah lingkungan,” jelas Vika.
Praktik Langsung Penanaman TOGA
Usai sesi edukasi, kegiatan berlanjut dengan praktik langsung penanaman TOGA. Area tanam telah disiapkan sebelumnya, dan para ibu-ibu PKK tampak antusias mengikuti setiap tahapan kegiatan. Mulai dari pengolahan media tanam, pemilihan jenis tanaman yang sesuai, hingga teknik perawatan yang benar, semuanya dipraktikkan bersama dengan bimbingan mahasiswa.
Tidak hanya praktik di lokasi kegiatan, peserta juga diperkenankan membawa pulang bibit TOGA untuk ditanam dan dirawat di pekarangan rumah masing-masing. Harapannya, praktik ini tidak hanya berhenti pada kegiatan hari itu, tetapi menjadi awal dari gerakan keluarga menanam tanaman obat secara mandiri.
Untuk mengukur efektivitas kegiatan, panitia juga memberikan post-test kepada peserta. Hasil evaluasi menunjukkan peningkatan signifikan dalam pemahaman peserta terkait jenis tanaman obat dan cara pemanfaatannya.
Kolaborasi yang Menumbuhkan Semangat Mandiri
Kegiatan ini tidak hanya memberikan dampak edukatif, tetapi juga mempererat hubungan antara mahasiswa dan masyarakat. Diskusi ringan selama praktik turut membuka ruang berbagi pengetahuan antara mahasiswa dan ibu-ibu yang sudah memiliki pengalaman menggunakan tanaman tradisional untuk pengobatan sehari-hari.
Program ini dinilai memberikan dampak positif jangka panjang, karena tidak hanya menyasar aspek kesehatan, tetapi juga memperkuat ketahanan pangan keluarga dan pemanfaatan sumber daya lokal. Harapannya, setelah kegiatan ini, warga Desa Gondoruso akan semakin sadar pentingnya tanaman obat dan mampu mengembangkannya secara mandiri di rumah masing-masing.
Kegiatan ditutup dengan sesi dokumentasi bersama dan semangat kolaboratif yang terpancar dari wajah para peserta. Dengan sinergi antara mahasiswa dan warga, program TOGA dari MMD UB ini diharapkan dapat menjadi contoh praktik baik dalam pengabdian masyarakat berbasis kesehatan dan lingkung