Kanal 24, Malang – Mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) yang tergabung dalam Kelompok 18 Mahasiswa Membangun Desa (MMD) menyelenggarakan program EcoCraft di Kelurahan Losari, Kota Malang. Kegiatan yang berlangsung pada pertengahan Juli 2025 ini menyasar anak-anak Sekolah Dasar (SD) dan komunitas Bank Sampah RW 01 untuk menumbuhkan kebiasaan memilah dan mendaur ulang sampah sejak usia dini.
Kegiatan ini lahir dari keprihatinan terhadap minimnya kesadaran warga dalam mengelola sampah, terutama di daerah perkotaan padat penduduk seperti Losari. Melalui pendekatan edukatif dan kreatif, EcoCraft mengajak peserta untuk mengubah botol bekas menjadi kerajinan tangan yang berguna seperti rak buku dan tempat alat tulis.
Masalah Sampah di Lingkungan Perkotaan
Kelurahan Losari tidak memiliki Tempat Pembuangan Akhir (TPA) tetap. Sampah rumah tangga di wilayah ini hanya diangkut sekali sehari oleh truk, sementara sebagian warga masih membuang sampah sembarangan. Hal ini mendorong tim MMD UB untuk merancang intervensi berbasis edukasi yang ringan namun berdampak.
Dalam tahap awal, tim melakukan pemetaan masalah dengan melibatkan perangkat kelurahan dan perwakilan warga. Keluhan utama berkisar pada minimnya sarana pengelolaan sampah dan rendahnya partisipasi warga dalam bank sampah.
“Permasalahan desa ini lebih ke sampah si mbak, karena di Kelurahan Losari ini tidak ada tempat pembuangan sampah akhir, sehingga masyarakat hanya mengandalkan penjemputan truk sampah di setiap paginya. Bank sampah pun hanya beberapa saja yang aktif,” ujar Wawan, Kepala Kelurahan Losari.
Membentuk Kebiasaan Baru Melalui Crafting
Program EcoCraft menyasar siswa-siswi SD dengan mengajak mereka mengolah sampah plastik menjadi rak multifungsi. Kegiatan ini dipusatkan di SDN Losari 1 dan SDN Losari 2, dengan pendekatan belajar sambil bermain agar siswa lebih mudah memahami materi.
“Program ini secara khusus menargetkan anak-anak sekolah dasar, dengan tujuan menanamkan kesadaran dan kebiasaan baik dalam membuang serta mengelola sampah sejak dini,” ujar Ulfa Isnadatul Kasanah, Ketua Tim MMD 18.
Proses kegiatan dimulai dengan pemaparan dampak negatif sampah plastik terhadap lingkungan. Anak-anak kemudian diajak mencuci dan memotong botol plastik bekas, lalu merangkainya menjadi kerajinan sederhana. Selain lebih menarik, metode ini dinilai efektif mengubah pola pikir anak terhadap sampah.
Kolaborasi dengan Bank Sampah
Program EcoCraft tidak berdiri sendiri. Tim mahasiswa juga bekerja sama dengan Bank Sampah RW 01 untuk memperkenalkan sistem pengumpulan sampah berbasis ekonomi. Warga diajak mengenal cara menimbang dan mencatat sampah, serta mendapatkan insentif dari hasil penjualan sampah anorganik.
Selama kegiatan, tim membantu proses operasional bank sampah mulai dari pencatatan setoran warga hingga pemilahan. Botol bekas yang dikumpulkan menjadi bahan utama kerajinan, sekaligus menunjukkan kepada warga bahwa limbah dapat diubah menjadi produk bermanfaat.
“Dari proses itu kami juga belajar bagaimana sistem jual beli sampah berjalan. Sekaligus memastikan bahwa masyarakat benar-benar mendapat manfaat ekonomi dari kebiasaan memilah sampah,” kata salah satu anggota tim.
Output Nyata dan Dampak Edukatif
Hasil kerajinan siswa kemudian dipasang di sudut-sudut kelas sebagai simbol komitmen menjaga lingkungan. Rak buatan mereka berfungsi untuk menyimpan buku atau alat tulis, sekaligus menjadi alat peraga edukasi yang bisa terus dimanfaatkan.
Selain siswa, guru-guru juga menyambut baik kegiatan ini karena selaras dengan nilai-nilai pendidikan lingkungan hidup. Dengan dukungan dari pihak sekolah dan antusiasme peserta, EcoCraft menjadi langkah kecil yang membawa dampak besar.

Di sisi lain, keterlibatan warga dewasa dalam kegiatan bank sampah juga menjadi indikator awal keberhasilan program. Banyak dari mereka yang menyampaikan minat untuk melanjutkan pengolahan limbah di rumah masing-masing.
Tim MMD UB berharap program ini tidak hanya menjadi kegiatan insidental selama MMD berlangsung, tetapi bisa berkembang menjadi gerakan warga yang berkelanjutan. Sinergi antara sekolah, bank sampah, dan pemerintah kelurahan diharapkan terus terjalin untuk memperkuat budaya pengelolaan sampah di lingkungan.
“Harapannya, program ini tidak hanya sekadar edukasi kepada anak usia dini, tetapi juga mampu memberdayakan masyarakat untuk mandiri dalam mengelola sampah dengan cara yang produktif dan kreatif,” tambah Ulfa.
Program EcoCraft dinilai mendukung sejumlah Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), di antaranya pendidikan berkualitas (SDGs 4), kota dan permukiman berkelanjutan (SDGs 11), dan konsumsi serta produksi yang bertanggung jawab (SDGs 12). Melalui pendekatan partisipatif dan inovatif, kegiatan ini membuka ruang bagi warga untuk mengelola sampah dengan cara yang menyenangkan, edukatif, dan bernilai ekonomi. (Din)