KANAL24, Blitar – Kelompok 360 Mahasiswa Membangun Desa Universitas Brawijaya mengadakan kegiatan pengolahan limbah atau sampah hasil rumah tangga menjadi kompos dengan metode takakura pada hari Selasa (25/07/2023). Kegiatan ini merupakan salah satu program kerja mahasiswa dalam tema mengenai pengolahan sampah dan limbah secara sains. Bertempat di Balai Desa Gandusari, kegiatan ini dihadiri oleh sebagian besar ibu-ibu PKK sebagai peserta.
Berangkat dari latar belakang permasalahan sampah dan limbah yang serius serta kurangnya edukasi mengenai pengelolaan sampah dan limbah di Desa Gandusari menimbulkan dampak yang berbahaya bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. Salah satu sampah yang sering dihasilkan dari tiap-tiap rumah masyarakat adalah sampah rumah tangga. Sampah rumah tangga dapat berupa sampah sisa makanan dan sayuran yang terbuang. Jenis sampah tersebut tentu akan mencemari lingkungan sekitar karena bau yang dihasilkan.
Maka dari itu, sampah tersebut harus diolah menjadi barang berguna seperti kompos atau pupuk yang akan bermanfaat bagi tanaman dengan cara pengomposan. Pengomposan atau composting merupakan teknik pengolahan sampah organik yang mudah terurai oleh mikroorganisme sehingga akan terjadi pembusukan.
“Meningkatnya volume sampah hasil rumah tangga di masyarakat, sebagian besar masyarakat kurang memiliki lahan yang luas untuk proses pembuatan kompos, metode takakura dinilai praktis dan mudah dilakukan,” terang Fatma Kurniati selaku mahasiswa penanggung jawab kegiatan.
Salah satu pengomposan yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan Takakura Home Method Composting atau metode takakura. Berikut adalah langkah-langkah pengomposan dengan metode takakura.
Menurut Fatma terkait pengimplementasiannya di Desa Gandusari, metode takakura cukup tepat karena mengingat banyak limbah sampah rumah tangga yang dihasilkan maka hal itu dapat dimanfaatkan untuk pembuatan kompos dengan metode takakura. Selain itu, metode takakura dinilai praktis dan tidak memerlukan lahan luas.
Namun, bagi masyarakat Desa Gandusari sendiri justru merasa bahwa metode ini agak sulit diterapkan mengingat banyak warga yang memiliki ternak. Jadi, jika ada sisa sampah sayur maka akan langsung diberikan untuk pakan ternak.
“Metode itu sebetulnya simpel tapi memang membutuhkan waktu yang lama, berarti kalau misalkan seperti kemarin dijelaskan kalau ndak jadi, kalau bau, otomatis membutuhkan proses yang lama. Karena ibu-ibu di sini karena juga pekerjaannya ada yang bekerja di sawah jadi kalau diterapkan di desa seperti ini agak ribet,” jelas Badiul selaku anggota ibu-ibu PKK Desa Gandusari.
Kegiatan pengomposan seperti ini mungkin membutuhkan ketelatenan dan ketekunan dari setiap orang yang melakukannya. Sehingga harapannya, setelah terlaksananya kegiatan pengolahan limbah atau sampah hasil rumah tangga menjadi kompos dengan metode takakura ini warga di Desa Gandusari yang tidak memiliki ternak dapat mulai mengimplementasikannya. Selain itu, kegiatan ini juga dapat dilanjutkan sebagai kegiatan rutin oleh pokja PKK untuk diperdagangkan sehingga dapat meningkatkan ekonomi.