Kanal 24, Malang – Kelompok 18 Mahasiswa Membangun Desa (MMD) Universitas Brawijaya menggelar kegiatan edukatif bertajuk pengenalan seni rupa tiga dimensi kepada siswa Sekolah Dasar Negeri (SDN) Losari, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang. Kegiatan ini berlangsung pada (16/7/2025) di masing-masing ruang kelas, dengan tujuan menumbuhkan kreativitas dan ketertarikan anak-anak terhadap seni rupa sejak dini.
Pengenalan seni rupa tiga dimensi ini dilakukan melalui media tanah liat yang dapat dibentuk menjadi berbagai objek. Dalam kegiatan ini, para mahasiswa memberikan pemahaman dasar kepada siswa mengenai konsep dasar seni rupa tiga dimensi, sekaligus memberikan kesempatan bagi mereka untuk langsung mempraktikkannya. Anak-anak diajak membuat berbagai bentuk seperti hewan, makanan, dan tumbuhan dari tanah liat.
Baca juga:
Inovasi Abon Jantung Pisang, MMD UB Buka Peluang Ekonomi di Gondoruso
Kegiatan ini berangkat dari keprihatinan terhadap kurangnya sentuhan pembelajaran seni yang aplikatif di sekolah dasar, terutama di wilayah pinggiran. Seni rupa seringkali dipahami hanya sebagai kegiatan menggambar, padahal ada banyak media lain yang dapat digunakan. Dalam kegiatan ini, tanah liat dipilih karena mudah dibentuk, aman untuk anak-anak, dan sangat merangsang imajinasi serta perkembangan motorik halus.
Selama proses pelaksanaan, mahasiswa terlebih dahulu memberikan pemaparan sederhana mengenai apa itu seni rupa tiga dimensi dan bagaimana contohnya dalam kehidupan sehari-hari. Siswa kemudian dibagikan tanah liat berwarna dan diarahkan untuk membentuk objek sesuai imajinasi mereka. Proses ini diawasi dan dibimbing langsung oleh tim MMD agar anak-anak tetap aman dan terarah.
Salah satu hal menarik dalam kegiatan ini adalah antusiasme siswa yang begitu tinggi. Banyak dari mereka yang belum pernah memegang tanah liat sebelumnya, sehingga kegiatan ini menjadi pengalaman baru yang menyenangkan. Beberapa siswa bahkan mampu membuat bentuk-bentuk unik yang mencerminkan kreativitas mereka.
Selain mengenalkan seni rupa secara langsung, kegiatan ini juga menjadi ruang ekspresi bagi siswa. Mereka bebas memilih bentuk dan warna, serta diberikan kesempatan untuk memamerkan hasil karyanya kepada teman-teman sekelas. Kegiatan seperti ini dipercaya dapat membantu anak-anak menumbuhkan rasa percaya diri dan keberanian dalam mengekspresikan ide.
Program ini juga mendapat dukungan penuh dari pihak sekolah. Guru-guru yang hadir menyambut baik kegiatan tersebut karena dinilai dapat memperkaya metode pembelajaran di kelas. Mereka berharap kegiatan serupa bisa terus dilanjutkan, tidak hanya sebatas dalam program MMD, tetapi juga menjadi bagian dari kurikulum tambahan di sekolah.
Di sisi lain, mahasiswa pelaksana kegiatan ini turut merasakan dampak positif dari keterlibatan mereka. Melalui interaksi langsung dengan siswa, mereka belajar bagaimana menyampaikan materi dengan bahasa yang mudah dipahami, serta melatih kesabaran dan kreativitas saat membimbing anak-anak.
Selama kegiatan berlangsung, tidak ditemukan hambatan berarti. Semua berjalan lancar karena adanya persiapan yang matang serta kerja sama dari guru dan siswa. Pihak sekolah menyediakan ruang kelas dan membantu pengaturan waktu agar kegiatan tidak mengganggu proses belajar lainnya.
Hasil karya siswa kemudian dikumpulkan dan dipajang di sudut kelas sebagai bentuk apresiasi. Hal ini membuat anak-anak merasa bangga dan semakin termotivasi untuk terus berkreasi. Selain itu, hasil kegiatan ini juga menjadi dokumentasi bagi sekolah bahwa pendekatan pembelajaran kreatif dapat diterapkan secara nyata.
Kegiatan seni rupa tiga dimensi ini merupakan bagian dari upaya tim MMD UB untuk menghadirkan pendidikan berbasis praktik langsung di lingkungan sekolah dasar. Dalam jangka panjang, kegiatan ini diharapkan menjadi awal bagi siswa untuk mengenal berbagai cabang seni, serta menumbuhkan kesadaran bahwa seni merupakan bagian penting dari kehidupan sehari-hari.
Baca juga:
MMD UB Latih Perangkat Desa Tawangargo Kelola Informasi Digital
Kelompok 18 MMD UB juga berharap agar kegiatan ini bisa dilanjutkan oleh sekolah secara mandiri. Dengan memanfaatkan bahan-bahan sederhana seperti tanah liat atau plastisin, siswa bisa terus diberi ruang untuk mengekspresikan diri di luar pelajaran akademik. Harapannya, pembelajaran seni rupa bisa menjadi jembatan bagi anak-anak untuk mengenali potensi diri, sekaligus mengurangi tekanan belajar yang monoton.
Melalui kegiatan ini, mahasiswa UB menunjukkan bahwa edukasi di tingkat dasar tidak harus selalu serius dan teoritis. Dengan pendekatan yang menyenangkan dan interaktif, proses belajar dapat menjadi pengalaman yang membekas bagi siswa. Program MMD ini bukan hanya mendidik anak-anak, tetapi juga menjadi wadah bagi mahasiswa untuk memberi dampak nyata di masyarakat. (han)