Kanal24, Malang – Ditengah gempuran informasi di era digital generasi terkini dituntut untuk terus berkembang mengikuti zaman. Nicholas Saputra, seorang aktor nasional berpesan bagaimana anak muda harus memaknai identitas diri mereka di tengah tuntutan sosial yang kerap mempengaruhi persepsi diri.
Pada kegiatan Generasi Campus Roadshow Malang hasil kolaborasi antara Grab Indonesia dan Narasi, Nicsap, panggilan akrab Nicholas Saputra menekankan bahwa sebagai generasi penerus bangsa sudah seharusnya Gen Z menolak dilabeli sebagai generasi yang lemah. “Jangan mau dilabeli sama orang lain. Yang berhak melabeli diri adalah diri kita sendiri,” tegasnya di hadapan ratusan mahasiswa dalam gedung Samantha Krida UB. Selasa (24/09/2024).
Menurutnya, setiap orang pasti pernah melewati masa sulit, kehidupan di kampus, keluh kesah sebagai lulusan baru yang sedang mencari pekerjaan, dan lain sebagainya. Yang membedakan satu sama lain adalah tantangannya yang jelas berbeda. Ia menegaskan bahwa setiap orang punya caranya masing-masing dalam menghadapi situasi beratnya sendiri.
Nicholas menekankan pentingnya memanfaatkan akses informasi yang semakin mudah di era digital ini. Ia membandingkan situasi saat ia menempuh pendidikan dulu dengan kondisi sekarang, di mana sumber informasi jauh lebih melimpah. “Sekarang aksesibilitas terhadap ilmu pengetahuan dan informasi lebih mudah. Ini harus dimanfaatkan untuk meningkatkan diri, bukan menjadi kelemahan.” imbuhnya.
Di kesempatan yang sama, Najwa Shihab, Founder Narasi dan Jurnalis ternama, memaparkan kekagumannya terhadap kemampuan Generasi Z yang begitu cepat dalam beradaptasi dan belajar. “Gen Z itu memang cepat banget belajar. Kalau dikasih kerjaan, selesai cepat, dan referensinya selalu kaya,” kata Najwa.
Ia menuturkan bahwa generasi sekarang yang merupakan digital native telah terpapar dengan kecepatan informasi yang tidak dapat terbendung. Hal tersebut sangat bermanfaat terhadap proses belajar para Gen Z.
“Dunia berubah sedemikian cepat, yang kita perlukan sejatinya adalah kemampuan untuk bisa terus-menerus menjadi lifelong learner, pembelajar seumur hidup, kegigihan, dan keinginan untuk terus belajar hal-hal baru,” terangnya.
Namun, menurut Najwa, kemampuan berpikir kritis, dan kekreatifan yang kerap kali digadang-gadang menjadi salah satu kompetensi dasar dalam dunia kerja, tidak lebih penting daripada skill kerendahan hati. Najwa mengingatkan bahwa di balik kecepatan dan kemampuan teknis, Generasi Z perlu membangun sikap humility atau kerendahan hati.
“Kemampuan untuk mau menerima saran, kemampuan kerendahan hati, dapat menerima masukan, dan dapat belajar dari orang lain adalah termasuk dalam skill yang paling dibutuhkan,” pungkasnya. (fan)