Kanal24, Malang – Di balik gerakan yang anggun dan lemah gemulai dari seorang penari tradisional, terdapat kisah inspiratif seorang perempuan bernama Nana Pranata Prawerti. Dari usia SMP, Nana telah merasakan ketertarikan pada dunia pendidikan sebagai guru ngaji, dan kini ia dikenal sebagai Guru Tari Tradisional yang berbakat. Tidak hanya mengajar, Nana juga tampil memukau dalam pertunjukan tari tradisional pada berbagai acara, dari yang sederhana hingga skala besar. Kini, Nana mewujudkan mimpinya dengan mendirikan Sanggar Seni Budaya Jathayu Umeg di tempat kelahirannya, Wajak, Kabupaten Malang, dengan harapan mengajak warga sekitar untuk mengenal dan mencintai seni tari tradisional.
Perempuan kelahiran Wajak, Kabupaten Malang pada tanggal 8 Mei 1998 ini telah dikenal sebagai seorang pengajar sejak usia muda. Perjalanan tersebut dimulai saat Nana menjadi guru ngaji saat masih SMP, kemudian berlanjut menjadi guru Pramuka ketika ia berada di bangku SMA. Dengan kepiawaiannya dalam mengajar, Nana terus melanjutkan profesi pengajar saat kuliah, khususnya dalam mengajar ekstrakurikuler, hingga akhirnya menjadi Guru Tari Tradisional yang diakui saat ini.
Nana Pranata Prawerti sedang menari tari topeng (Dok. Nana)
Nana mengaku menikmati aktivitasnya sebagai pendidik karena memiliki jadwal mengajar yang fleksibel, sehingga ia tetap dapat melibatkan diri dalam kegiatan lain di luar jam mengajar. Salah satu kegiatan tersebut adalah tampil dalam pertunjukan tari tradisional pada berbagai acara.
Sebagai seorang penari tradisional, Nana merasa perlu mendirikan sanggar kecil di tempat kerjanya dengan nama Sanggar Seni Budaya Jathayu Umeg. Tujuan utama sanggar ini adalah untuk mengenalkan dunia seni kepada masyarakat sekitar, khususnya remaja yang cenderung berhenti sekolah setelah lulus SMP dan memilih untuk bekerja atau menikah.
“Dengan mengenalkan dunia seni kepada masyarakat sekitar, terutama anak-anak di daerah sini yang umumnya sudah bekerja dan menikah setelah lulus SMP, Nana berharap dapat memberikan kontribusi sosial dengan memperkenalkan dunia seni agar mereka menyadari pentingnya pendidikan,” ujar Nana saat diwawancarai oleh Kanal24.
Keberhasilan Nana sebagai penari tradisional semakin membuat namanya dikenal oleh banyak orang dan membuka jaringan hingga di luar kota setelah meraih penghargaan Best Performance Beauty Muslimah Indonesia 2021. Prestasi ini memberikan banyak permintaan kepada Nana untuk tampil dalam pertunjukan di daerah di luar Malang Raya.
“Saya merasa nyaman di dunia tari karena bagi saya, tari adalah jiwa saya,” ujar Nana dengan penuh semangat.
Nana berpendapat bahwa setiap seniman atau penari tradisional, termasuk dirinya yang sedang mengembangkan passion dan karirnya, memiliki tanggung jawab untuk menjaga agar tari tradisional di Indonesia tetap lestari dan tidak tergerus oleh perubahan zaman.
Selain itu, Nana juga memiliki harapan pribadi untuk membawa tarian-tarian yang ia bawakan tidak hanya berhenti di dalam negeri, tetapi juga dapat dikenal hingga ke mancanegara. Selain itu, ia berharap semakin banyak generasi muda dan masyarakat Indonesia yang mencintai budayanya sendiri, termasuk tari tradisional.
Bersama dengan sanggar tarinya, Nana berharap sanggar yang baru saja didirikan ini dapat menarik minat lebih banyak anggota untuk mencintai seni tari, terutama di kalangan masyarakat sekitar yang umumnya berhenti setelah menyelesaikan sekolah menengah pertama dan langsung bekerja atau menikah.
“Saya berharap sanggar saya dapat menarik lebih banyak anggota untuk mencintai seni tari, terutama di desa ini yang mayoritas tingkat pendidikannya masih rendah. Saya berharap sanggar ini dapat membawa perubahan yang baik bagi masyarakat,” tutup Nana dengan harapan besar. (nid)