KANAL24, Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan September 2021 mengalami surplus USD4,37 miliar. Neraca perdagangan Indonesia diprediksi akan surplus terus sampai Desember 2021.
Macroeconomic Analys, PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN), Irman Faiz mengatakan surplus yang terjadi pada bulan September memang tidak mengejutkan. Meningkatnya harga komoditas di pasar seperti CPO dan batubara menjadi penyebab utama. “Tren ini masih akan berlanjut sampai akhir tahun ini,” kata Irman, Senin (15/10/2021).
Hanya saja seiring pemulihan aktivitas ekonomi Indonesia, surplus neraca perdagangan akan makin mengecil sampai akhir tahun. Pada saat yang sama kegiatan impor dunia usaha akan kembali meningkat.
“Ini akan menggerus pelan pelan surplus neraca perdagangan Indonesia,” ujar Irman.
Sebagaimana diketahui, neraca perdagangan Indonesia sudah terjadi sejak pertengahan 2020. “Neraca perdagangan ini selama 17 bulan secara beruntun membukukan surplus,” kata Kepala BPS Margo Yuwono dalam konferensi pers pada Jumat (15/10).
Neraca perdagangan terakhir kali mengalami defisit pada April 2020 yaitu USD380 juta. Lalu mulai Mei 2020 sampai sekarang, neraca perdagangan tak pernah lagi defisit.
Surplus USD4,37 miliar pada September 2021 dipicu oleh nilai ekspor yang masih melampaui impor. Di bulan tersebut, ekspor mencapai USD20,6 miliar dan impor USD16,23 miliar.
BPS menyebut negara yang memberikan andil surplus terbesar masih sama seperti bulan lalu, yaitu Amerika Serikat, India, dan Filipina. Surplus dengan ketiga negara masing-masing yaitu Amerika USD1,57 miliar, India USD718 juta, dan Filipina USD713 juta.
Sementara tiga besar negara yang menyumbang defisit perdagangan terbesar bagi Indonesia adalah Australia defisit USD529,7 juta. Kedua Thailand mencapai USD346,8 juta. Ketiga Ukraina dengan defisit USD247,2 juta.(sdk)