Kanal24, Malang – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus untuk ke-48 bulan berturut-turut pada Mei 2024, dengan nilai surplus mencapai US$2,93 miliar.
Surplus ini berasal dari selisih ekspor yang mencapai US$22,33 miliar dan impor sebesar US$19,40 miliar.
M. Habibullah, Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, menyatakan bahwa surplus Mei ini lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya dan periode yang sama tahun lalu.
“Surplus Mei 2024 lebih ditopang oleh surplus komoditas nonmigas sebesar US$4,26 miliar, dengan komoditas utama berupa bahan bakar mineral (batu bara), lemak dan minyak hewan, serta besi baja,” ujar Habibullah dalam rilis BPS, Rabu (19/6/2024).
Surplus neraca perdagangan nonmigas untuk Mei 2024 sedikit lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya, namun masih lebih tinggi dibandingkan Mei 2023.
Sementara itu, neraca perdagangan migas mengalami defisit sebesar US$1,33 miliar, yang dipicu oleh komoditas hasil minyak dan minyak mentah. Meskipun demikian, defisit ini lebih rendah dibandingkan bulan April 2024 yang mencapai US$1,63 miliar.
BPS juga mencatat tiga negara penyumbang surplus terbesar bagi Indonesia pada bulan ini, yaitu India dengan US$1,5 miliar, Amerika Serikat dengan US$1,20 miliar, dan Jepang dengan US$742,2 juta.