Kanal24, Malang – Berawal dari ketertarikan di bidang pengolahan sampah karena sampah menjadi masalah yang cukup serius di Indonesia, Mahasiswa Teknik Elektro dari Fakultas Teknik (FT) Universitas Brawijaya (UB) berhasil menyabet juara pertama pada kompetisi Perusahaan Listrik Negara (PLN) Innovation & Competition in Electricity (ICE) 2022 dengan inovasi Organic Waste Processing Equipment Using Maggot Use Household Waste Based On IoT (ORMicro). Dalam ajang ini, tim Re-Techno Brawijaya berhasil memperoleh pendanaan untuk merampungkan penelitian dan uji tahap akhir, setelah bersaing dengan 400 tim inventor se-Indonesia
Tim ORMicro ini terdiri dari Shafina Rifdhayanti Zein, Charis Maulana, Akhdan Fadhli Zaim, Aulia Angkasa, dan Ridho Firmansyah. Mereka mengawali perjalanan mereka dengan berkunjung ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang berada di Tumpang.
Tim FT UB ini tertarik dengan pengolahan sampah di sana yang menggunakan teknologi maggot sebagai bioaktif biokatalisator. Teknologi ini digunakan sebagai pengolah sampah organik dan banyak inovasi baru yang dilakukan di TPS tersebut.
“Jadi kami berusaha menanggulangi dan memaksimalkan cara kerja Maggot ini. Mulai dari fase lalatnya, fase pupanya, dan pada saat fase maggotnya,” kata salah satu anggota Tim ORMicro, Zaim.
Selain berusaha menanggulangi dan memaksimalkan cara kerja Maggot, Tim ORMicro FT UB juga melakukan riset mulai dari kandungan dan manfaat dari Maggot.
“ORMicro adalah Organic Waste Processing Equipment Using Maggot Use Household Waste Based on IoT,” kata Shafina.
Shafina menjelaskan bahwa ada 3 rangkaian alat ORMicro, yaitu pencacah, peniris, dan otomatisasi pada kandang lalat BSF (Black Soldier Fly) atau itu sendiri.
Rangkaian pertama, mesin pencacah. Seperti mesin pencacah pada umumnya, mesin ini berfungsi untuk mencacah yang bentuk cacahannya dibagi menjadi tiga bentuk jenis, yaitu mulai dari ukuran kecil, sedang, dan besar. Pembagian bentuk ini dilakukan sesuai kebutuhan dimakan Maggot kecil hingga dewasa. Jika Maggot masih kecil, maka diberikan cacahan kecil, namun jika Maggot sudah dewasa, maka diberikan cacahan yang besar agar mudah dicerna.
Rangkaian kedua, peniris. Peniris diperlukan karena sampah-sampah organik yang telah dicacah ini ternyata memiliki tingkat kelembaban atau kandungan air tinggi. Jika sampah-sampah ini langsung diberikan ke Maggot kecil, maka Maggot kecil ini akan mati. Oleh karena itu, diperlukan peniris untuk mengurangi tingkat kelembaban atau kandungan air.
Rangkaian ketiga, otomatisasi kandang lalat. Otomatisasi kandang lalat ini fokus pada pencahayaan dan suhu karena keberlangsungan hidup lalat BSF ini tergantung dari pencahayaan dan suhu.
Pemibimbing Tim ORMicro FT UB, Eka Maulana, ST., MT., M.Eng mengatakan bahwa teknologi ini sangat aplikatif dalam pengolahan sampah. Selain memiliki proses yang cukup sederhana, teknologi ini juga murah dan terjangkau. Proses penguraian sampah lebih cepat dengan hasil akhir produk yang bernilai ekonomis tinggi.
“Sistem ini dapat diterapkan di TPS-TPS lain dengan skala yang lebih besar, sehingga mampu mengurangi volume sampah secara efektif dan efisien,” kata Eka Maulana.
Eka Maulana juga menambahkan bahwa kapasitas daya mesin dan jumlah Maggot bisa ditingkatkan agar jumlah sampah yang bisa diproses lebih banyak per harinya. (din/nid)