Kanal24, Malang – Memasuki dunia perkuliahan tidak hanya berarti mengurus jadwal kuliah dan tugas yang menumpuk. Bagi banyak mahasiswa baru, tantangan terbesar justru muncul dari pekan-pekan pertama pengalaman tinggal jauh dari rumah. Perasaan rindu rumah (homesick) dan kebiasaan berpikir berlebihan (overthinking) menjadi kombinasi berbahaya apabila dibiarkan tanpa penanganan.
Overthinking: Pikiran yang Tidak Pernah Tidur
Overthinking bukan hanya berpikir, tetapi juga kondisi dimana satu pikiran terus-menerus diputar ulang dan dianalisis secara berlebihan, sampai hampir tidak bisa fokus dengan hal lain. Mahasiswa sering merasa khawatir, sulit membuat keputusan, atau membayangkan skenario terburuk padahal belum terjadi apa-apa. Overthinking juga bisa menjadi pemicu depresi, kecemasan, dan gangguan stres pasca trauma (PTSD) jika tidak diatasi.
Baca juga:
Ceker Ayam, Kolagen Alami yang Terjangkau
Homesickness: Rindu Rumah yang Bisa Mengganggu Kuliah
Karena pindah ke lingkungan baru, mahasiswa sering mengalami homesick dalam beberapa minggu pertama masa kuliah. Riset menunjukkan rata-rata 19–70% mahasiswa mengalaminya pada semester awal, dan 5–7% mengalami homesick parah yang terkait dengan gejala kecemasan dan depresi. Beberapa studi bahkan menyatakan bahawa homesickness juga bisa memperburuk gangguan mood eksisting atau memunculkan gejala baru.
Seberapa Banyak Mahasiswa Berdampak?
- Lebih dari 60% mahasiswa pernah mengalami gangguan mental seperti stress, kecemasan, atau depresi dalam 12 bulan terakhir
- Penyebab utama masalah mental selama kuliah adalah akademik dan tekanan sosial
- Sulit tidur, masalah sosial, dan homesickness menjadi faktor risiko stres akademik
Mengapa Overthinking dan Homesick Begitu Berbahaya?
- Kesulitan berkonsentrasi saat pikiran terus dipenuhi kekhawatiran atau rindu rumah.
- Menurunnya keterlibatan sosial, karena mahasiswa merasa tidak cocok di lingkungan baru.
- Gangguan suasana hati hingga risiko drop out, jika muncul gejala intens seperti kecemasan dan depresi
- Penurunan kebugaran fisik, termasuk pola tidur terganggu dan makan tidak teratur akibat stres mental
Bagaimana Cara Mahasiswa Baru Bisa Mengelola?
Untuk Mencegah overthinking dan homesickness, kita harus bisa mengelola 3 strategi yaitu:
- Strategi Menangani Overthinking
- Challenge pikiran negatif dengan bertanya: “Apakah ini fakta atau asumsi?”
- Alihkan pikiran: berjalan, menulis, atau berbicara dengan teman bisa menghentikan loops pikiran
- Praktik mindfulness atau meditasi singkat untuk belajar hadir di saat ini .
- Jika sulit hentikan pikiran sendiri, pertimbangkan konseling atau terapis profesional
- Strategi Mengurangi Homesickness
- Menjadwalkan komunikasi rutin seperti panggilan video satu kali per minggu dengan keluarga atau sahabat
- Bangun koneksi sosial baru dengan bergabung organisasi kampus atau komunitas kampus
- Jadwal kunjungan pulang sesuai periode libur semester agar ada hal yang dinanti-nanti
- Strategi Umum untuk Kesehatan Mental
- Jaga rutinitas istirahat, makan, dan olahraga agar tubuh dan pikiran seimbang
- Latihan coping problem-focused seperti merencanakan tugas dan memecahnya menjadi tindakan kecil
- Metode emotion-focused, seperti reframing perasaan negatif ke perspektif positif dan realistis
Perspektif Mahasiswa Baru dan Harapan
Tanpa dukungan dan strategi yang tepat, kombinasi overthinking dan homesickness bisa membuat mahasiswa baru merasa terasing, mengalami penurunan prestasi akademik, dan bahkan sulit menikmati masa-masa awal kuliah
Namun dengan strategi yang sesuai, ada harapan mereka bisa melewati masa adaptasi dengan lebih kuat.
Baca juga:
Relaksasi Pasca-Olahraga, Rahasia Sehat Menyeluruh
Langkah awal seperti mencari teman sebaya, rutin menghubungi keluarga, mencoba aktivitas baru, serta memahami perasaan sendiri bisa membuat bedanya.
Jaga Pikiran, Selamat Kuliah Juga
Overthinking dan homesick bukan tanda kelemahan. Keduanya adalah gejala adaptasi yang umum dialami banyak mahasiswa baru. Dengan strategi jitu baik berpikir secara produktif ataupun menjalin hubungan sosial baru kesehatan mental tetap bisa dijaga. Mahasiswa pun bisa tetap berkembang tanpa terhenti oleh kecemasan.
Jika kamu atau teman mengalami gejala berat, jangan ragu cari layanan konseling kampus atau profesional. Kesehatan mentalmu adalah prioritas utama agar perjalanan kampus menjadi pengalaman bermakna dan penuh potensi. (han)