KANAL24, Malang – Trend pertanian tanaman porang di Indonesia saat ini mengalami kenaikan pesat. Banyaknya manfaat tepung porang menjadikan porang sebagai komoditas primadona yang mampu menggeser minat petani. Banyak petani beralih tanam menjadi petani porang, baik di Jawa dan luar Jawa. Berdasarkan data Kementerian Pertanian Tahun 2020, permintaan ekspor umbi porang mampu mencapai 14.721.648 ton. Peningkatan harga umbi juga terjadi setiap tahunnya mulai dari Rp 2.500 – Rp 10.000 per kilogram. Hal ini menimbulkan permintaan akan bibit porang meningkat tajam. Namun selama ini penyediaan bibit porang masih dilakukan secara konvensional baik dengan menanam biji,katak maupun umbi generasi pertama (G0).
P4I sebagai pusat studi porang di lingkungan Universitas Brawijaya (UB) melihat kondisi tersebut sebagai tantangan yang harus diselesaikan secara tepat dan cepat. Dengan menggandeng Lembaga Penelitian Indonesia (LIPI), P4I telah mampu menghasilkan terobosan baru berupa penyediaan bibit porang massal secara in vitro dengan memanfaatkan teknik kultur jaringan. Para peneliti di LIPI bekerja sama dengan tim dosen dan peneliti di lingkungan UB berupaya keras untuk menemukan strategi perbanyakan bibit berkualitas tinggi.
Saat ini kerja sama antara P4I dan LIPI telah mampu menghasilkan bibit porang hasil kultur jaringan yang adaptif dan siap dilepas ke lahan pertanian. Teknik perbanyakan tanaman melalui kultur jaringan atau dikenal juga dengan istilah teknik mikropropagasi merupakan teknologi perbanyakan tanaman secara in-vitro dalam kondisi aseptis dan terkontrol yang bukan hanya dapat menghasilkan bibit tanaman dalam skala besar namun juga menghasilkan bibit yang sifatnya sama dengan induknya.
Kelebihan lain dari teknik ini adalah penyediaan bibit dapat dilakukan sepanjang tahun tanpa terpengaruh musim dan cuaca. Namun perlu dilakukan evaluasi tentang bagaimana kualitas umbi yang dihasilkan. Sampai saat ini P4I dan LIPI masih terus melakukan penelitian terkait hal tersebut. Pada musim tanam tahun ini sekitar bulan November atau Desember akan dilepas bibit porang ke lahan tanam untuk kemudian diteliti pertumbuhan dan kualitas umbi yang dihasilkan. Para peneliti optimis bahwa bibit yang dihasilkan melalui teknik mikropropagasi memiliki kualitas baik dan mampu menghasilkan umbi yang juga berkualitas.(sdk)